Ginjal merupakan organ penting dalam tubuh dan berfungsi
untuk membuang sampah metabolisme dan racun tubuh dalam bentuk urin / air seni,
yang kemudian dikeluarkan dari tubuh. Sedangkan Gagal ginjal adalah keadaan
penurunan fungsi ginjal, penimbunan racun dan sampah metabolisme. Berat
ringannya gejala tergantung kerusakan ginjal yang terjadi. (anonim, 2008)
Penyebab gagal ginjal dapat disebabkan oleh Penyebab pre
renal: muntaber, perdarahan, luka bakar yang luas. Penyebab renal:
glomerulonefritis akut (muka sembab, kaki bengkak, tekanan darah meningkat,
kadang disertai nyeri pinggang dan kencing berwarna merah), keracunan obat. Penyebab
post renal : sumbatan saluran kemih (batu, tumor, bekuan darah, dsb). Ditandai
nyeri pinggang hebat seperti diremas-remas, kadang-kadang kencing berwarna
merah, berkurang atau sama sekali tidak kencing. Penatalaksanaan gagal ginjal
dapat dilakukan dengan cara konservatif seperti diet, obat-obatan dan kontrol teratur dan
dengan cara terapi ginjal pengganti
(TGP) : dilakukan bila cara konservatif tidak berhasil yaitu dengan cangkok
ginjal.
Selain penatalaksanaan medis, penatalaksanaan nutrisi
juga sangat penting untuk menunjang kesembuhan pasien dan untuk membantu
memperbaiki status gizi pasien maka pasien harus diberikan makanan yang sesuai
dengan kondisi pasien yaitu tinggi kalori cukup protein.
Gagal
ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat
(biasanya berlangsung beberapa tahun). Ginjal kehilangan kemampuannya untuk
mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makan
sempurna. Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang
merusak massa nefron ginjal. Sebagian besar penyakit ini merupakan penyakit
parenkim ginjal difus dan bilateral, meskipun lesi obstruktif pada traktus
urinarius juga dapat menyebabkan gagal ginjal kronik.
Diabetes adalah suatu gangguan reaksi kimiawi dalam
hal pemanfaatan yang tepat atas karbohidrat,lemak dan protein dari makanan,
karena tidak cukupnya pengeluaran atau kurangnya insulin. Faktor keturunan,
kegemukan, usia, jenis kelamin, infeksi virus, cedera, stress, hidup yang
kurang aktif adalah beberapa penyebab diabetes. Overweight (kegemukan) dan
diabetes mellitus sangat berkaitan, dimana terbukti bahwa penurunan berat badan
pada individu obesitas dan overweight mengurangi faktor risiko diabetes dan
penyakit kardiovaskuler. Bukti kuat lainnya menerangkan bahwa penurunan berat
badan dapat menurunkan tekanan darah pada individu overweight normotensi dan
hipertensi. Penurunan berat badan juga dapat mengurangi kadar glukosa darah
pada individu overweight dan obesitas tanpa diabetes; dan juga mengurangi kadar
glukosa darah HbA1c pada beberapa pasien dengan diabetes tipe II
(Sidartawan Sugondo, 2006).
Dalam
Rahayu (2006), berdasarkan Survei Departemen Kesehatan RI tahun 2001 7,5% penduduk Jawa
dan Bali menderita Diabetes. Prevalensi diabetes terhitung tinggi pada penduduk
daerah tropis seperti di Indonesia. Pernyataan tersebut selaras dengan data
yang menunjukan bahwa prevalensi diabetes di Indonesia tiap tahun semakin
meningkat. Prevalensi DM di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Pada tahun 2003, prevalensi di daerah urban sebesar14,7% (8,2 juta jiwa).
Sedangkan di daerah rural 7,2% (5,5 juta jiwa). Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF)
2002, Indonesia merupakan negara ke 4 terbesar untuk prevalensi DM.
Memberikan makanan yang adekuat untuk :
§ Mempertahankan status gizi optimal dengan memperhitungkan
fungsi ginjal serta fungsi endokrin pasien, dengan cara memberikan kalori
sesuai penyakit yang diderita pasien.
§ Meningkatkan asupan makan pasien, namun tetap
memperhatikan rasa mual pasien.
§ Menurunkan kadar glukosa darah pasien dengan cara
memberikan diet DM dan menggunakan bahan makanan berkorbohidrat komplek kepada
pasien.
§ Menurunkan kadar ureum dan kreatinin darah pasien dengan
cara memberikan diet Rendah Protein kepada pasien.
§ Menurunkan kadar kalium darah pasien dengan cara
memberikan diet dengan bahan makanan yang rendah kalium kepada pasien.
§ Meningkatkan kadar albumin pasien untuk meningkatkan
kondisi pasien yang lemah dengan cara memberikan makanan tinggi albumin seperti
pemberian sari kutuk.
§ Menurunkan tekanan darah pasien untuk mencegah semakin
parahnya kondisi hipertensi pada pasien dengan cara memberikan diet rendah
garam II pada pasien.
§ Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit untuk
mencegah semakin parahnya odema pada pasien, dengan cara menghitung urin
tampung pasien.
Syarat
diet yang diberikan pada pasien dalam mencapai tujuan pemberian diet dapat
dilihat sebagai berikut :
§
Energi cukup yaitu sebesar 35 kkal/kg BB ideal.
§
Protein rendah yaitu
0,8 gram/kgBB. Diutamakan protein yang bernilai biologis tinggi yaitu dari lauk
hewani.
§
Kebutuhan lemak sisa dari kebutuhan energi total dikurangi protein
dan karbohidrat. Pemberian <10% dari kebutuhan energi total berasal dari
lemak jenuh, 6-8% dari lemak tidak jenuh ganda.
§
Kebutuhan karbohidrat cukup yaitu 70% dari
kebutuhan total dan diberikan sumber karbohidrat komplek.
§
Natrium diberikan 600-800mg/hari (1,5-2 gram atau
¾ sampai ½ sdt per hari). Bahan makanan yang dibatasi seperti bahan makanan
yang tinggi natrium seperti ikan asin, telur asin, ebi, jeroan, daging asap,
makanan kaleng, makanan yang diawetkan
§
Pembatasan kalium sebanyak 40-70 meq/hari atau
40mg/KgBB, bahan makanan yang dibatasi adalah singkong, kentang,
kacang-kacangan, kelapa, pisang,jambu biji,blimbing, bayam, tauge, buncis,
kembang kol, serta daging dan ikan yang diawetkan.
§
Pemberian makanan yang mengandung vitamin B6,
vitamin C serta asam folat pada pasien serta pemberian suplement vitamin B6
(5-10 mg/hari),vitamin c (100mg/hari), asam folat (1 mg/hari). Bahan makanan yang mengandung vitamin B6
adalah ikan tuna,kacang kedelai, hati ayam, kuning telur, daging sapi. Bahan
makanan yang mengandung vitamin C seperti bayam, pepaya, jeruk manis. Bahan
makanan yang mengandung asam folat seperti hati ayam, kacang kedelai, bayam.
§
Cairan dibatasi yaitu
sebanyak jumlah urin sehari dan ditambah pengeluaran cairan melalui keringat
untuk mencegah peningkatan edema pada pasien serta mencegah beratnya fungsi
ginjal.
§
Penggunaan gula murni
hanya diperbolehkan untuk bumbu saja.
§
Bentuk makanan lunak, Frekuensi makan 3x/hari dan diberikan secara
oral.
§
Cara pemesanan diet : Diet
DM B2 1700 kkal,RP 40 gr dan
RG II
= Cairan masuk = Cairan keluar (urin) + 500 ml
(cairan selain urin yang keluar dari tubuh pasien).
Masalah – Masalah Khusus pada GGK
1.
Cairan dan Natrium
Natrium perlu dibatasi, karena natrium dipertahankan
didalam tubuh walaupun faalginjal sudah menurun. Hal ini penting apabila
terjadi hipertensi, odema dan bendungan paru. Pemberian natrium harus dilakukan
pada tahap yang ditolerir dengan tujuan untuk mempertahankan volume cairan
ekstrakulikuler.
2.
Kalium
Kalium jarang meningkat pada GGK, apabila terjadi
hiperkalemi biasanya berkaitan dengan oliguri, kejadian katabolik, obat-obatan
yang mengandung kalium, hiperkalemi dapat menimbulkan kegawatan bagi jantung.
Pembatasan kalium makanan, forosemide dosis tinggi (100-500 mg), pengguanaan
yang lebih definitif adalah dialisa.
3.
Diet Rendah Protein dan Nutrisi
Diet rendah protein dapat memperlambat progesifitas
kemunduran faal ginjal. Gelaja-gejala uremik akan hilang bapabila dibatasi
dengan rendah protein dan meningkatkan kerja glomerolus (hiperfiltrasi glumerolus).
Girnado dan Gionetti membuktikan bahwa diet yang mengandung protein 20 gram
dapat menurunkan kadar nitrogen darah (BUN), mempertahankan keseimbangan
nitrogen, bahkan menyebabkan keseimbanagan nitrogen menjadi positif.
4.
Anemia
Anemia biasanya disebabkan karena kehilangan darah dari
traktus gastrointestinal. Anabolik esteroid tidak bermanfaat untuk memperbaiki
anemia sedangkan efek sampingnya cukup banyak (ginekomasia).
GGK (menahun) merupakan kerusakan
ginjal yang pogresif dan irreversible karena suatu penyakit. End stage renal disease merupakan gagal
ginjal terminal yang akan membawa kematian jika tidak dilakukan terapi dialisis
atau transplantasi ginjal. Terapi diet hanya bersifat membantu memperlambat
progresivitas gagal ginjal kronis. Pemberian suplemen seperti zat besi, asam
folat, kalsium dan vitamin D mungkin diperlukan. Suplemen vitamin A mungkin
tidak dibutuhkan sementara asupan mineral fosfor, magnesium, dan elektrolit
tertentu seperti kalium dan natrium mungkin harus dikurangi. Pemberian suplemen
vitamin-mineral pada gagal ginjal kronis harus mengacu kepada hasil-hasil
pemeriksaan laboratorium seperti kadar hemoglobin, kadar kalium, natrium dan
klorida. Pada pasien-pasien gagal ginjal kronis, fokus terapi gizi adalah untuk
menghindari asupan elektrolit bisa meningkat akibat klirens renal yang menurun.
Prinsip Diet
§ Asupan kalori
harus ditentukan pada tingkat yang bisa mencegah pemecahan lean tissue (protein) untuk memenuhi kebutuhan energi dari makanan
yang dikonsumsi tidak cukup, tubuh cenderung akan menggunakan simpanan protein
dalam otot untuk menghasilkan energi.
§ Asupan kalori
dianjurkan sebesar 30-35 kalori / kg BB / hari.
§ Pembatasan
protein dilakukan berdasarkan berat badan, derajat insufisiensi renal, dan tipe
dialisis yang akan dijalani. Dianjurkan mengkonsumsi protein yang bernilai
bilogis tinggi yaitu protein hewani.
§ Kenaikan kadar
serum magnesium, kalium, dan fosfor umunya terjadi. Jika ini terjadi, bahan
makanan yang kaya akan elektrolit tersebut perlu dihindari, seperti pisang,
kacang hijau, dan air kelapa muda.
§ Pasien gagal
ginjal yang mendapat terapi antasid tidak boleh menggunakan antasid yang menhandung
kalium.
§ Pembatasan garam
sampai 3 gram garam per-hari.
§ Asupan fosfor
dari makanan akan menurun dengan diet rendah protein sehingga cukup efektif
untuk untuk mengendalikan keadaan hiperfosfatemia.
§ Suplemen vitamin
D3, asam folat, dan B6 (untuk pembentukan sel darah merah) dapat diresepkan
oleh dokter. Pemberian vitamin A tidak dianjurkan pada gagal ginjal stadium
terminal karena toksisitas yang dilaporkan. Sementara vitamin C tidak boleh
diberikan lebih dari 100 mg karena kendati penting untuk penyerapan zat besi
(mencegah anemia), pembetukan kolagen dan atibodi, vitamin C juga akan
meningkatkan pembentukan oksalat.
Syarat Diet
Syarat – syarat diet Penyakit Ginjal Kronik adalah :
Syarat Diet
Syarat – syarat diet Penyakit Ginjal Kronik adalah :
1.
Energi
Energi cukup, yaitu 35 kkal/Kg BBI
2.
Lemak
Lemak cukup, yaitu antara 20–30% dari kebutuhan energi
total. Diutamakan lemak tidak jenuh ganda.
3.
Protein
Protein tinggi, untuk mempertahankan keseimbangan
nitrogen dan mengganti asam amino yang hilang selama dialisis. Protein diberikan 1,2g/KgBBI/Hari untuk dewasa dan 1,5–2
g /KgBB/hari untuk anak–anak.
Menurut Andry Hartono, protein sebaiknya diberikan 15%
dari total energi yang dibutuhkan. Paling tidak harus ada 50% protein yang
memiliki nilai biologis tinggi seperti daging, ikan, telur, dan susu. Namun,
susu, keju, dan yoghurt harus dibatasi karena kandungan fosfornya tinggi.
4.
Karbohidrat
Karbohidrat cukup, yaitu kebutuhan energi total dikurangi
energi yang berasal lemak karena kondisi pasien koma (kegawatan). Untuk pasien yang menjalani cuci darah karbohidrat
diberikan 55% dari total energi yang dibutuhkan (Andry Hartono, 2008).
5.
Natrium
Natrium dibatasi bila ada hipertensi, edema, asites,
oliguria, atau anuria. Banyaknya natrium yang diberikan antara 1-3 g. Natrium diberikan sesuai dengan jumlah urine yang keluar
selama 24 jam yaitu
-
1 g + penyesuaian
terhadap urine sehari, yaitu 1 g setiap ½ ltr urin HD
-
1-4 g + penyesuaian
terhadap urine sehari yaitu 1-4 g setiap ½ ltr urin HD
6.
Fosfor
Pada klien yang menjalani cuci darah, asupan fosfor dapat
sedikit dinaikkan menjadi 17 mg/kg BB/hari.
7.
Kalium
Kalium dibatasi (40–70 mEq) apabila ada hiperkalemia
(kalium darah > 5,5 mEq) oliguria, atau anuria.
-
2 g + penyesuaian
terhadap urine sehari, yaitu setiap ½ ltr urin HD
-
3 g + penyesuaian terhadap
urine sehari yaitu setiap ½ ltr urin HD
Kadar kalium dalam serum harus dijaga dalam kisaran 3,5–5
mEq/l, untuk mencegah akibat yang serius terhadap otot jantung.
8.
Kalsium
Kalsium tinggi yaitu 1000 mg/hari bila perlu diberikan
suplemen kalsium.
9.
Cairan
Cairan terbatas jumlahnya sehingga kenaikan berat tidak
lebih dari 0,45 kg/hari diantara waktu dialisa. Dewasa ini, diet bagi para
penderita dengan dialisis tidaklah ketat lagi, meskipun perhatian yang penuh
tetap harus diberikan kepada pengawasan cairan. Jangan memberikan cairan
melebihi urin yang keluar. Cairan dibatasi sebagai
pengganti cairan yang keluar melalui urine (24 jam), muntah, diare +500 ml.
10.
Elektrolit diberikan
lebih bebas untuk mempertahankan kadar natrium dan kalium serum normal. Kalium
yang diberikan sekitar 2,7–3,1 g/hari untuk dewasa, dan 75 mg/Kg/hari untuk
anak–anak.
11.
Vitamin cukup, bila perlu
diberikan suplemen piridoksin, asam folat, vitamin C, dan vitamin D.
Tabel Masukan nutrient
rata–rata yang dianjurkan untuk penderita ginjal dibandingkan dengan orang
normal
Zat Gizi
|
Masukan normal
|
Gagal Ginjal Menahun
|
Dialisis
|
Energi
|
30 kkal per kg
|
35–45 kkalper kg
|
35–45 kkal per kg
|
Protein
|
80 –100 g
|
20–50 g
|
1 g per kg
|
Natrium
|
3– 4 g
120–170 mEq
|
1-3 g
40–120 mEq
|
2 g
|
Kalium
|
3– 4 g
75 –100 mEq
|
2–4 g
50–100 mEq
|
2–4 g
50–100 mEq
|
Cairan
|
Ad lib
( sesuka hati )
|
400– 600 ml +
Cairan yang dikeluarkan
|
300–500 ml + cairan yang dikeluarkan
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar