Senin, 09 April 2012

GIZI BURUK


Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun. Status gizi balita secara sederhana dapat diketahui dengan membandingkan antara berat badan menurut umur maupun menurut panjang badannya dengan rujukan (standar) yang telah ditetapkan. Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan standar, anak disebut gizi baik. Kalau sedikit di bawah standar disebut gizi kurang. Apabila jauh di bawah standar dikatakan gizi buruk Gizi buruk yang disertai dengan tanda-tanda klinis disebut marasmus atau kwashiorkor.
a.    Marasmus
Gambaran penderita marasmus terwakili dalam istilah ’tulang terbalut kulit’, jaringan lemak bawah kulit (nyaris) lenyap, otot mengecil. Berat badan penderita marasmus biasanya hanya sekitar 60% dari berat badan yang seharusnya (Arisman, 2004).
Depkes, 2007 menyatakan tanda-Tanda penderita Marasmus :
-   Tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit
-   Wajah seperti orang tua
-   Cengeng, rewel
-   Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (baggy pant/pakai celana longgar)
-     Perut cekung
-     Iga gambang
-   Sering disertai:        - penyakit infeksi (umumnya kronis berulang)
- diare kronik atau konstipasi/susah buang air

b.    Kwashiorkor
Kwashiorkor adalah kurang gizi tingkat berat dengan gejala klinis dapat meliputi :
-     Edema, umumnya seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki (dorsum pedis)
-     Wajah membulat dan sembab
-     Pandangan mata sayu
-     Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit, rontok
-     Perubahan status mental, apatis, dan rewel
-     Pembesaran hati
-     Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk
-     Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement dermatosis)
-    Sering disertai :          penyakit infeksi, umumnya akut, anemia dan diare
c.    Marasmus – Kwashiorkor
            Bentuk kelainan ini merupakan gabungan antara marasmus dan kwashiorkor. Gambaran klinis yang utama adalah kwashiorkor edema dengan atau tanpa lesi kulit, pengecilan otot dan pengurangan lemak bawah kulit seperti pada marasmus. Jika edema dapat hilang pada awa pengobatan, penampakan penderita akan menyerupai marasmus. Gambaran marasmus dan kwashiorkor muncul bersamaan dan didominasi oleh kekurangan protein yang parah (Arisman, 2008).

 Penentuan Gizi Buruk
a.  Penentuan berdasarkan indikator Z-Score.
Menurut Depkes dan WHO, 2008 kekurangan gizi adalah keadaan salah satu dari :
1.    Berat badan kurang atau sangat kurang (di bawah -2 atau -3 garis Z-Score BB/U)
2.    Kurus atau sangat kurus (di bawah -2 atau -3 garis Z-score BB/PB, BB/TB atau IMT/U)
3.    Pendek atau sangat pendek (di bawah -2 atau -3 garis Z-Score PB/U atau TB/U).
b.  Penentuan Skor McLaren pada KKP berat
Tabel 5 : Skor McLaren
Sumber : Marie VK dan LK mahan, 1984 dalam Arisman, 2008)

 Penatalaksanaan Nutrisi Gizi Buruk
Berdasarkan petunjuk teknis tata laksana gizi buruk, 2006, Cara penyelenggaraan terapi gizi yaitu
1.    Melalui 3 fase yaitu stabilisasi, transisi dan rehabilitasi
2.    Kebutuhan energi 80-220 kkal/kgBB/hr
Fase Stabilisasi : 80 – 100 kkal/kgBB/hr
Fase Transisi     : 100-150 kkal/kgBB/hr
Fase Rehabilitasi: 150-220 kkal/kgBB/hr
3.    Kebutuhan protein 1-6 gram/kgBB/hr
Fase Stabilisasi : 1 – 1,5 gram/kgBB/hr
Fase Transisi     : 2-3 gram/kgBB/hr
Fase Rehabilitasi : 4 – 6 gram/KgBB/hr
4.    Pemberian suplemen vitamin dan mineral khusus, bila tidak ada diberikan makanan sumber mineral tertentu
5.    Jumlah cairan 130-200 ml/kgBB/hr
Fase Stabilisasi   : 130 ml/kgBB/hr
Fase Transisi       :  150 ml/kgBB/hr
Fase Rehabilitasi :  150-200 ml/kgBB/hr
 bila edema berat (+++) cairan yang diberikan harus 100 ml/kgBB/hr.
Kriteria Edema
+          : Edema pada tangan dan kaki
++        : Edema pada tungkai dan lengan
+++     : Edema pada seluruh tubuh (wajah dan perut).
6.    Pemberian dapat peroral atau melalui pipa nasogastrik
7.    Porsi kecil tapi sering
8.    Makanan pada fase stabilisasi harus hipoosmolar, rendah laktosa dan rendah serat.
9.    ASI diteruskan sampai usia 2 tahun
10.  Makanan padat diberikan pada fase rehabilitasi dan berdasarkan berat badan yaitu BB < 7 kg diberi makanan bayi/lumat, BB > 7kg diberi makanan anak/lunak.





















Tidak ada komentar:

Posting Komentar