Diabetes Melitus (DM) adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan adanya
peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolute maupun
relatife (Waspadji, dkk. 2002). Diabetes Melitus merupakan penyakit kronik yang
apabila tidak terkontrol dengan baik maka akan menimbulkan gangguan proses
metabolisme karbohidrat primer dan sekunder pada lemak dan protein. Adapun
gangguan proses metabolisme tersebut disebabkan oleh kurangnya insulin relative
(pada DM type 2 atau DMTTI) atau absolute pada DM tipe 1 (DM tergantung
Insulin) (Hendromartono, 2002).
Secara
keseluruhan, data epidemiologis saat ini menunjukkan bahwa prevalensi diabetes
mellitus di Indonesia berkisar antara 1,5 sampai dengan 2,3%. Sifat penyakit
diabetes mellitus yang tidak dapat disembuhkan secara sempurna dan hanya bisa
dikontrol, serta dengan kenaikan insidensi diabetes mellitus yang terjadi
akibat perubahan pola makan dan gaya hidup diperkirakan prevalensi diabetes
mellitus di Indonesia pada tahun 2010 naik lebih dari 100% (Suyono, 2004).
Penatalaksanaan
diabetes tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga faktor yaitu aktifitas
fisik, diet dan intervensi farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral dan
insulin. Menurut Pranadji (2000), tujuan diet DM adalah membantu diabetesi atau
penderita diabetes memperbaiki kebiasaan gizi dan olah raga untuk mendapatkan
kontrol metabolik yang lebih baik. Prinsip pemberian makanan bagi penderita DM
adalah mengurangi dan mengatur konsumsi karbohidrat sehingga tidak menjadi
beban bagi mekanisme pengaturan gula darah.
Sectio
Caesaria merupakan salah satu operasi tertua dan
terpenting di bidang obstetric. Operasi ini bertujuan untuk mengeluarkan janin
melalui sayatan yang dibuat pada dinding perut dan uterus. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah kematian janin
maupun ibu sehubungan dengan adanya bahaya dan komplikasi yang akan terjadi
bila persalinan dilakukan pervaginam. Kemajuan di bidang kedokteran yang
demikian pesat dan semakin baiknya kualitas ahli obstetri menjadikan tindakan sectio caesar lebih aman dan
penggunaannya semakin meluas. Perkembangan ini pada akhirnya akan meningkatkan
frekuensi seksio caesar yang pada
gilirannya akan meningkatkan angka bekas sectio Caesar (Pradjatno, 2004).
Badan Kesehatan
Dunia (WHO) menyatakan bahwa persalinan dengan bedah caesar adalah sekitar
10-15% dari semua proses persalinan di negara-negara berkembang. Berdasarkan
Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003 angka
persalinan bedah sesar secara nasional kurang dari 4% dari jumlah total
persalinan. Namun faktanya menurut Bensons dan Pernolls, angka kematian pada
operasi sesar adalah 40-80 tiap 100.000 kelahiran hidup. Angka ini menunjukkan
resiko 25 kali lebih besar dibanding persalinan pervaginam. Secara umum jumlah
persalinan sectio caesarea di rumah sakit pemerintah adalah 20-25%, sedangkan
di rumah sakit swasta jumlahnya tinggi yaitu sekitar 30-80% (Nunung, 2009).
Bayi lahir
dari ibu dengan Diabetes Melitus, berisiko untuk terjadi hipoglikemia pada 3
hari pertama setelah lahir, walaupun bayi sudah dapat minum dengan baik. Ibu
dengan DM mempunyai resiko kematian bayi lima kali dibanding ibu tidak dengan
DM., dan sering mengalami abortus ataupun kematian dalam kandungan. Bayi dengan
ibu DM mengalami Transient Hiperinsulinism yang dapat mengakibatkan Hipoglikemia, Macrosomia pada bayi yang dilahirkan, dan dapat berakibat
kesulitan lahir. Tanda bayi hipoglikemia adalah distres nafas, malas minum,
jitteriness, mudah terangsang, sampai kejang (Indarso,2008).
Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan
gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar
glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolute maupun relatif (Sarwono
Waspadji, dkk, 2004).
Diabetes mellitus (DM) adalah keadaan
hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolic akibat gangguan
hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal,
syaraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membrane basalis dalam
pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Arif Mansjoer, dkk, 2001).
Etiologi
Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) atau diabetes mellitus tergantung insulin disebabkan oelh
destruksi sel b
pulau langerhans akibat proses autoimun. Sedangkan Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) atau diabetes mellitus tidak tergantung insulin disebabkan
kegagalan relative sel b
dan resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin
untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat
produksi glukosa oleh hati. Sel b
tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi
defisiensi relative insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya
sekresi insulin pada rangsangan glukosa, maupun pada rangsangan glukosa bersama
bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel b
pancreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa.
Patofisiologi
Seperti suatu mesin, badan memerlukan bahan
untuk membentuk sel baru dan menggantikan sel badan dapat berfungsi dengan
baik. Energi pada mesin berasal dari bahan bakar yaitu bensin. Pada manusia
bahan bakar itu berasal dari bahan makanan yang kita makan sehari-hari, yang
terdiri dari karbohidrat (gula dan
tepung-tepungan), protein (asam amino),
dan lemak (asam lemak).
Pengolahan bahan makanan di mulai di
mulut kemudian ke lambung dan selanjutnya ke usus. Di dalam saluran pencernaan
itu makanan dipecah menjadi bahan dasar makanan itu. Karbohidrat menjadi
glukosa, protein menjadi asam amino, dan lemak menjadi asam lemak. Ketiga zat
makanan itu akan diserap oleh usus kemudian masuk ke dalam pembuluh darah dan
diedarkan ke seluruh tubuh untuk dipergunakan oleh organ-organ di dalam tubuh
sebagai bahan bakar. Agar dapat berfungsi sebagai bahan bakar, makanan itu
harus masuk dulu ke dalam sel supaya dapat diolah. Di dalam sel, zat makanan
terutama glukosa dibakar melalui proses kimia yang rumit, yang hasil akhirnya
adalah timbulnya energi. Proses ini disebut metabolisme. Dalam proses
metabolisme itu insulin memegang peran yang sangat penting yaitu bertugas
memasukkan glukosa ke dalam sel untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan
bakar. Insulin ini adalah suatu zat atau hormon yang dikeluarkan oleh sel beta
di pankreas.
Manifestasi Klinis
Diagnosa diabetes awalnya dipikirkan
dengan adanya gejala khas berupa polifagia, poliuria, polidipsia, lemas, dan
berat badan turun. Gejala lain yang mungkin dikeluhkan pasien adalah kesemutan,
gatal, mata kabur, dan impotensi pada pria serta pruritus vulva pada wanita
(Arif Mansjoer, dkk, 2001).
Klasifikasi Diabetes Mellitus
Klasifikasi etiologi DM American Diabetes Association (1997)
sesuai anjuran Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) adalah:
1. Diabetes
tipe 1 (destruksi sel b,
umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut):
a. autoimun
b. Idiopatik
2. Diabetes
tipe 2 (bervariasi mulai terutama dominant resistensi insulin disertai
defisiensi insulin relative sampai terutama defek sekresi insulin disertai
resistensi insulin).
3. Diabetes
tipe lain
a. Defek genetic fungsi sel beta:
- Maturity Onset Diabetes of
The Young (MODY)1,2,3
- DNA
mitokondria
b. Defek
genetic kerja insulin
c. Penyakit
eksokrin pankreas
-
Pankreatitis
-
Tumor/ pankreatektomi
-
Pankreatopati fibrokalkulus
d. Endokrinopati:
akromegali, sindrom Cushing, dan hipertiroidisme.
e. Karena obat/ zat kimia
-
Vacor,
pentamidin, asam nikotinat
-
Glukokortikoid,
hormon tiroid
-
Tiazid,
dilantin, interferon a, dan lain-lain
f. Infeksi: rubella
kongenital, sitomegalovirus.
g. Penyebab imunologi yang jarang: antibodi antiinsulin
h. Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM: sindrom
Down, sindrom klinefelter, sindron turner, dan lain-lain.
4.
Diabetes
Mellitus Gestational (DMG) (Arif Mansjoer, dkk, 2001).
Komplikasi Penyakit
Diabetes Mellitus
1. Akut
a. Koma
Hipoglikemia
b. Ketoasidosis
c. Koma
Hiperosmolar nonketotik
2. Kronik
a. Makroangiopati,pembuluh
darah besar, pembuluh darah jantung, pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak.
b. Mikroangiopati,
pembuluh darah kecil: retinopati diabetik, nefropati diabetik.
c. Neuropati diabetik
d.
Rentan infeksi, seperti tuberkulosis, gingivitis, dan infeksi saluran kemih.
e. Kaki diabetik
Dasar-Dasar Pengelolaan Diabetes Mellitus
Tujuan pengelolaan
diabetes dapat dibagi atas tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek adalah hilangnya
berbagai keluhan/ gejala diabetes sehingga pasien dapat menikmati kehidupan
yang sehat dan nyaman. Tujuan jangka panjang adalah tercegahnya berbagai
komplikasi baik pada pembuluh darah (mikroangiopati
dan makroangiopati) maupun pada susunan syaraf (Neuropati), sehingga dapat menekan angka morbiditas dan mortalitas.
Tujuan pengelolaan diabetes tersebut dapat menekan angka morbiditas dan
mortalitas. Tujuan pengelolaan diabetes tersebut dapat dicapai dengan
senantiasa mempertahankan kontrol metabolik yang baik seperti dicerminkan oleh
normalnya kadar gluksa dan lemak darah. Secara praktis, kriteria pengendalian
diabetes adalah sebagai berikut:
1. Kadar glukosa darah puasa: 80-110 mg/dl, kadar glukosa
darah 2 jam sesudah makan: 110-160 mg/dl dan HbA1c : 4-6,5
2. Kadar kolesterol total di bawah 200 mg/dl, kolesterol HDL
di atas 45 mg/dl dan trigliserida di bawah 200 mg/l
Dalam pengelolaan diabetes ada 4 pilar utama pengelolaan
yaitu:
a. Penyuluhan
b. Pengelolaan diet
c. Latihan Jasmani
d. Obat Hipoglikemik
Kehamilan dengan Diabetes Mellitus
Berdasarkan pola makanan di Indonesia,
tidak banyak dijumpai kehamilan disertai diabetes mellitus, hanya sekitar 0,7%.
1.
Sejarah kehamilan :
-
Penderita gemuk, sejarah
keluarga banyak diabetes mellitus
-
Persalinan dengan berat bayi diatas 4 kg
-
Kejadian abortus berulang
tanpa sebab, sampai terjadi kematian janin dalam rahim.
2.
Pada pemeriksaan akan dijumpai :
a. Umur hamil diatas
30 tahun
b. Disertai :
-
Gemuk dan berat badan
berlebih
-
Hipertensi
-
Kehamilan dengan komplikasi
:
Ø Hidramnion
Ø Kesan
Makrosomia
Ø Pre
Eklampsi – Eklampsi
c. Komplikasi dapat terjadi :
-
Nefropati
-
Retinopati
-
Penyakit Jantung koroner
-
Gagal ginjal
Diagnosis ditegakkan berdasarkan :
a) Sejarah keluarga dengan diabetes mellitus
b) Kehamilan
dengan sejarah abortus, kematian janin, atau bayi besar > 4 kg
c) Pemeriksaan
gula darah diatas 140 mm/Liter
d) Hasil
Glukosa toleransi tes abnormal :
-
Puasa < 90
-
Jam 1 < 165
-
Jam 2 < 145
-
Jam 3 < 125
e).
Kehamilan dengan cacat jasmani
Pengaruh Kehamilan terhadap Diabetes Mellitus
Pengendalian Diabetes mellitus pada kehamilan
karena :
- Emesis
– hiperemesis gravidarum
- Pemakaian
glukosa bertambah :
·
Tumbuh kembang janin dalam
rahim
·
Hipertropi jaringan saat
hamil memerlukan glukosa bertambah
·
Metabolisme basal ibu
meningkat
- Efek
Insulin dikurangi oleh perubahan hormone :
·
Estrogen-progesteron
·
Plasental laktogen
·
Insulin Plasenta merusak
insulin ibu
Pengaruh Diabetes
Mellitus terhadap Janin
-
Abortus sampai kematian
janin dalam rahim
-
Makrosomia dengan
komplikasinya
-
Meningkatnya kematian
neonates kelainan konginental
-
Kelainan neurologis sampai
IQ rendah
-
Kematangan paru terhambat,
asfiksia dan lahir mati
Tujuan dan Peran Terapi Gizi Pada Diabetes
Dasar
pengaturan makanan adalah dengan memberikan kalori sesuai dengan kebutuhan agar
kadar gula dalam darah tetap dalam batas yang normal dan memberikan peluang
masuknya zat-zat gizi lainnya yang diperlukan untuk perbaikan sel-sel tubuh serta
mengurangi risiko terjadinya komplikasi penyakit. Adapun tujuan utama dari
nasehat gizi bagi penyandang diabetes yaitu memelihara kesehatan dan kualitas
hidup serta dapat terbebas dari komplikasi vaskular. Hal tersebut dapat dicapai
melalui pengaturan makan dan pola hidup sehat dan menghindari gejala
hipoglikemia dan hiperglikemia. Untuk tujuan praktis seiring dengan isu-isu
manejemen gizi, maka tujuan utama terapi gizi pada diabetes melitus tipe 2
yaitu:
1. Mencapai
kadar gula darah normal melalui keseimbangan asupan makanan, aktiiftas fisik,
terapi medik (dengan insulin atau obat hipoglikemik oral).
2.
Menormalkan kadar lemak darah
3.
Menyediakan energi yang adekuat dan mencapai berat badan normal.
4. Mencegah
atau memperlambat komplikasi akut atau kronis seperti retinopati, nefropati,
neuropati, penyakit vaskular dan hipertensi.
5.
Meningkatkan kesehatan umum dan kualitas hidup melalui gizi yang optimal
(Purba, 2009).
Metabolisme
basal pada diabetes mellitus biasanya tidak banyak berbeda dari orang normal,
kecuali pada keadaan yang parah dan tak terkendali. Pada keadaan puasa kadar
glukosa darah yang normal adalah 70 – 90 per 100 ml. Pada diabetes yang berat angka
tersebut dapat mencapai 400 mg per 100 ml atau lebih. Sintesa asam lemak pada penderita
DM akan menurun, sebaliknya oksidasi akan meningkat. Hasil metabolism asam
lemak yang berlebihan akan meningkatkan kadar acetone heta hydroxylic acid dan acetoacetic
acid yang selanjutnya menimbulkan keadaan yang dikenal sebagai asidosis. Sebagai
akibat ketidak normalan metabolisme hidrat arang, protein akan dimanfaatkan
untuk memenuhi kebutuhan zat gizi tubuh melalui proses deaminasi asam amino.
Pemecahan protein tersebut akan menyebabkan peningkatan glukosa darah dan pembakaran
asam lemak yang tidak lengkap.
Mikronutrien Yang Mempengaruhi Resistensi Insulin Dan
Diabetes
1) Kromium
Kromium
telah lama diketahui berfungsi menunjang kerja insulin. Hasil review penelitian
terbaru menunjukan chromium picolinate memberi pengaruh baik pada pasien
diabetes. Kromium pikolinate menurunkan glukosa darah, insulin puasa,
kolesterol dan lipida darah, pemakaian obat-obatan diabetes dan mengurangi
komplikasi diabetes.
2) Magnesium
Magnesium
(Mg) merupakan salah satu faktor penting dalam regulasi insulin. Mg umumnya
terdeplesi dalam sel dan pembuluh darah pasien dengan resistensi insulin, pasien
diabetes tipe 1 dan tipe 2. mg juga cenderung rendah pada individu yang mengalami
stres. Penelitian terbaru yang melibatkan > 85,000 wanita dan 42,000 pria menunjukan
bahwa asupan Mg mengurang resiko DM tipe 2. Hasil tersebut tidak terpengaruh
oleh faktor resiko lainya yang berarti cadangan Mg yang cukup akan mengurangi
resiko diabetes selain nilai IMT, aktifitas fisik dan riwayat keluarga.
3) Mangan
Mengapa
kadar mangan (Mn) rendah pada penderita diabetes belum diketahui secara jelas.
Beberapa ahli mengira penyakit diabetes menurunkan kadar Mn, sementara lainya mengira
kadar Mn yang rendah menyebabkan diabetes. Mangan mungkin dapat membantu
melindungi kolesterol ‘jahat’ LDL menjadi teroksidasi; keadaan dimana dapat menyebabkan
plak di arteri. Untungnya Mn adalah trace element yang dengan mudah dapat
ditemukan pada makanan. Namun lebih banyak penelitian diperlukan untuk membuktikan
suplementasi Mn dapat mem-bantu mengurangi diabetes dan resistensi insulin.
Diketahui
ada 3 jenis diet yang harus dilakukan oleh penderita DM, yaitu:
1. Diet
rendah kalori: terutama pada penderita DM yang mempunyai kelebihan berat badan
untuk mengurangi insulin yang diperlukan tubuh. Total kalori yang dianjurkan tidak
boleh melebihi kecukupan kalori pada penderita DM dengan berat badan normal.
2. Diet
rendah gula: umumnya untuk penderita DM lansia dan tidak memerlukan suntikan
insulin. Diet rendah gula dapat dilakukan dengan tidak mengonsumsi gula sama
sekali atau mengurangi konsumsi makanan yang berasal dari karbohidrat.
3. Diet
kaya serat: sebaiknya penderita DM perlu memperbanyak konsumsi serat makanan.
Serat terbukti dapat menurunkan kadar gula darah karena dapat memperbaiki
pencernaan makanan, mempercepat lewatnya makanan di dalam usus, serta
memperlambat penyerapan gula di dalam lemak. Serat makanan yang dianjurkan
adalah serat yang larut dalam air (seperti apel, kacang-kacangan, dan biji bijian
yang tidak digoreng) serta serat yang tidak larut dalam air (seperti bekatul,
kulit buah-buahan, sayuran, dan daun-daunan atau lalapan).
Pengaturan
pola makan yang baik memang memerlukan kesabaran serta memanfaatkan berbagai
sistem pendukung semaksimal mungkin. Persoalan gula biasanya merepotkan
penderita kencing manis, terlebih bagi mereka penyuka rasa manis. Untungnya di
zaman serba instan ini selalu ada jalan keluar bagi lidah mereka yang biasa
merasakan lezatnya rasa manis itu. Banyak produsen menyediakan rasa manis
khusus bagi penderita diabetes, berupa gula diet. Namun ini bukan obat, hanya
untuk memberikan rasa manis.
Diet sehat
yang diimbangi olah raga teratur membuat penyakit ini terkontrol seumur hidup.
Sekali terkena penyakit diabetes, seumur hidup kita harus mengontrol penyakit
tersebut dan melakukan pola hidup sehat. Yang penting jalani diet, olah raga, dan
tetap melakukan kontrol sepanjang hidup. Penderita bisa menjalani hidup dengan nyaman.
Pada beberapa orang yang merasa dirinya sudah sehat karena kadar gulanya turun,
sering alpa untuk memeriksakan diri secara rutin (Purba 2009).
Tujuan diet Diabetes Melitus adalah membantu pasien
memperbaiki kebiasaan makan dan olahraga untuk mendapatkan control metabolik
yang lebih baik, dengan cara :
- Mempertahankan
kadar glukosa darah supaya mendekati normal dengan menyeimbangkan asupan
makanan dengan insulin ( endogenous atau exogenous), dengan obat penurun
glukosa oral dan aktifitas fisik.
-
Mencapai dan mempertahankan
kadar lipida serum ormal.
-
Memberi cukup energi untuk
mempertahankan atau mencapai berat badan normal.
-
Menghindari atau menangani
komplikasi akut pasien yang menggunakan insulin seperti hipoglikemia,
komplikasi jangka pendek, dan jangka lama serta masalah yang berhubungan dengan
latihan jasmani.
-
Meningkatkan derajat
kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal.
Syarat- syarat diet penyakit
Diabetes Melitus adalah :
-
Energi cukup untuk mencapai
dan mempertahankan berat badan normal. Kebutuhan energi ditentukan dengan
memperhitungkan kebutuhan untuk metabolisme basal sebesar 25-30 kkal/kg BB
normal, ditambah kebutuhan untuk aktifitas fisik dan keadaan khusus,
misalnyakehamilan atau laktasi serta ada tidaknya komplikasi. Makanan dibagi
dalam 3 porsi besar, yaitu makan pagi (20%), siang (30%), dan sore (25%), serta
2-3 porsi kecil untuk makanan selingan (masing-masing 10-15%).
-
Kebutuhan protein normal,
yaitu 10-15% dari kebutuhan total.
-
Kebutuhan lemak sedang,
yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total, dalam bentuk < 10% dari kebutuhan
energi total berasal dari lemak jenuh, 10% dari lemak tidak jenuh, sedangkan
sisanya dari lemak tidak jenuh tunggal. Asupan kolesterol mkanan dibatasi,
yaitu ≤ 300 mg hari.
-
Kebutuhan karbohidrat adalah sisa dari
kebutuhan energi total, yaitu 60-70%.
-
Penggunaan gula murni dalam
minuman dan makanan tidak diperbolehkan kecuali jumlahnya sedikit sebagai
bumbu. Bila kadar glukosa dara sudah terkendali, diperbolehkan mengkonsumsi
gula murni sampai 5% dari kebutuhan energi total.
-
Penggunaan gula alternatif
dalam jumlah terbatas. Gula alternatif adalah bahan pemanis selain sarkosa. Ada
dua jenis gula alternatif yaitu yang bergizi dan yang tidak bergizi. Gula
alternatif bergizi adalah fruktosa, gula alkohol berupa sarbitol, manitol, dan
silitol, sedangkan gula alternatif yang tidak bergizi adalah aspartame dan
sakarin. Penggunaan gula alternatif hendaknya dalam jumlah terbatas. Fruktosa
dalam jumlah 20% dari kebutuhan energi total dapat meningkatkan kolesterol dan
LDL, sedangkan gula alkohol dalam jumlah berlebihan mempunyai pengaruh
laksatif.
-
Asupan serat dianjurkan 25
g/hari dengan mengutamakan serat larut air yang terdapat di dalam sayur dan
buah. Menu seimbang rata-rata memenuhi kebutuhan serat sehari.
-
Pasien DM dengan tekanan
darah normal diperbolehkan mengkonsumsi natrium dalam bentuk garam dapur
seperti orang sehat, yaitu 300 mg/hari. Apabila mengalami hipertensi, asupan
garam harus dikurangi.
-
Cukup vitamin dan mineral.
Apabila asupan dari makanan cukup, penambahan vitamin dan mineral dalam betuk
suplemen tidak diperlukan.
Ø Bahan makanan yang
dianjurkan :
Bahan makanan yang
dianjurkan untuk Diet Diabetes Melitus adalah sebagai berikut :
-
Sumber karbohidrat kompleks
seperti nasi, roti, mie, kentang, singkong, ubi, dan sagu.
-
Sumber protein rendah lemak
seperti ikan, ayam tanpa kulit, susu skim, tempe thud an kacang-kacangan.
-
Sumber lemak dalam jumlah
terbatas yaitu bentuk makanan yang mudah cerna. Makanan terutama diolah dengan
cara panggang, dikukus, disetup, direbus dan dibakar.
Bahan makanan yang tidak dianjurkan :
Bahan makanan yang tidak dianjurkan,
dibatasi, atau dihindari untuk diet diabetes melitus adalah yang :
-
Mengandung banyak gula
sederhana, seperti :
1. Gula
pasir, gula jawa.
2. Sirop,
jamu, jeli, buah-buahan yang diawetkan dengan gula, SKM, minuman botol ( ringan
dan es krim ).
3. Kue-kue
manis, dodol, cake dantarcis.
-
Mengandung banyak lemak,
seperti cake, makanan siap saji ( fast food ), goreng-gorengan.
-
Mengandung banyak natrium,
seperti ikan asin, telur asin, makanan yang diawetkan (Almatsier, 2006)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar