EFEK
NUTRISIONAL TEPUNG DAUN KELOR (Moringa oleifera) VARIETAS NTT TERHADAP
KADAR ALBUMIN TIKUS WISTAR KURANG ENERGI PROTEIN
(Studi
In Vivo Kelor sebagai Kandidat Terapi Suplementasi
pada
Kasus Gizi Buruk)
Abstrak
Kata Kunci: Tepung Daun Kelor, Kadar Albumin,
Tikus Wistar Kurang Energi Protein
Malnutrisi
menjadi salah satu faktor utama penyebab kematian bayi di daerah tropis dan
subtropis. Di negara miskin, satu dari lima bayi meninggal selama proses
pertumbuhannya. Prevalensi gizi kurang di Indonesia mengalami peningkatan dari
27.5% tahun 2003 menjadi 28% pada tahun 2006, demikian pula prevalensi gizi
buruk meningkat dari 8.2% tahun 2003 menjadi 8,5% pada tahun 2006 (Susenas,
2006). Penelitian ini
bertujuan untuk menghasilkan
suatu model terapi nutrisional baru sebagai upaya untuk mengatasi kejadian luar
biasa kasus Gizi Buruk di Indonesia, dengan pemanfaatan tepung daun kelor
sebagai suplemen yang menjadi sumber mikro dan makronutrient untuk penanganan
kasus malnutrient. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
eksperimen dengan rancangan percobaan acak kelompok (RAK) dengan perlakuan dosis tepung
kelor yang digunakan yaitu 180, 360, 720, dan 1440 mg/hari dengan menggunakan daun kelor
varietas NTT. Kelompok percobaan meliputi kelompok kontrol negatif, kontrol
positif, tikus percobaan kelompok diet normal, KEP dan kelompok KEP dengan
pemberian tepung kelor dengan 6 kali ulangan. Seluruh teknis pengolahan data
dianalisis secara komputerisasi dengan One way Anova menggunakan Software
Statistical Product and Servive Solution 16 PS (SPSS 14 PS) dengan taraf
signifikan (p < 0,05) untuk mengetahui perbedaan kadar Albumin antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan. Data hasil analisis disajikan dalam
bentuk mean±SD. Dari hasil pengujian kandungan gizi kelor jenis hijau dari
varietas NTT yang mengandung 27,01% protein per 100 g tepung kering daun kelor,
nampak bahwa potensi kelor varietas lokal NTT dapat disetarakan dengan kelor
yang telah direkomendasikan pada hasil penelitian di Afrika.. Hal ini berarti
dari hasil penelitian pemberian tepung daun kelor varietas NTT pada model hewan
KEP dapat dijadikan sebagai rekomendasi awal untuk eksplorasi lebih lanjut
potensi nutrisional tepung daun kelor varietas NTT sebagai kandidat suplemen
nutrisi untuk kasus malnutrisi. Dapat disimpulkan bahwa pemberian tepung daun
kelor varietas NTT dapat meningkatkan status gizi tikus model KEP dengan
indikator kadar albumin darah dan dosis optimal tepung daun kelor varietas NTT
yang bisa meningkatkan status gizi tikus KEP adalah 720 mg/hari.
PENDAHULUAN
Malnutrisi menjadi salah satu faktor utama penyebab kematian
bayi di daerah tropis dan subtropis. Di negara miskin, satu dari lima bayi
meninggal selama proses pertumbuhannya. Di berbagai negara diprediksi 7 juta
orang meninggal pertahun akibat kelaparan, dan sebagian kasus ini disebabkan
oleh undernutrisi kronik. Bagi anak penderita malnutrisi, juga menimbulkan
vitamin A deficiency (VAD). Diketahui bahwa vitamin A merupakan modulator kunci
pada sistem imun tubuh, membantu melawan infeksi serta mencegah penyakit
seperti diarrhea, tuberculosis dan malaria. Beberapa kasus mengakibatkan
kebutaan dan manifestasi xeroftalmia dengan kerusakan kornea (Fuglie, 2001).
Prevalensi gizi kurang di Indonesia mengalami
peningkatan dari 27.5 % tahun 2003 menjadi 28 % pada tahun 2006, demikian pula
prevalensi gizi buruk meningkat dari 8.2 % tahun 2003 menjadi 8,5 % pada tahun
2006 (Susenas, 2006). Provinsi NTT dinyatakan sebagai Daerah Kejadian Luar
Biasa (KLB) gizi buruk karena terjadi peningkatan kasus gizi buruk yang sangat
besar pada tahun 2004 s/d 2006, dengan besaran kasus 3 (tiga) kali lipat
jumlah kasus gizi buruk dibandingkan tahun sebelumnya (tahun 2003). Data
Dinas Kesehatan Provinsi NTT per April 2008 menunjukkan jumlah anak pra sekolah
terindikasi gizi buruk di wilayah ini berjumlah 3.023 balita.
Indikator laboratorium yang dapat dijadikan untuk uji
sensitivitas status gizi individu dan spesifik untuk intake nutrisi antara lain
albumin (Bahn, 2006). Albumin memiliki half life yang cukup panjang yaitu 14-20
hari dan benar-benar mampu untuk menjadi marker status nutrisi kronik. Salah
satu tanaman di Indonesia yang memiliki potensi besar untuk solusi dalam upaya
penanganan kasus malnutrisi adalah tanaman kelor. Kelor (Moringa oleifera)
adalah tanaman yang banyak dijumpai di daerah tropis dan subtropis. Daun kelor
memiliki potensi sebagai sumber utama beberapa nutrient dan elemen
therapeutic, termasuk anti inflamasi, antibiotik, dan memacu sistem imun. Daun
kelor memiliki kandungan zat besi dan protein tinggi yang memiliki potensi
terapi suplementasi untuk anak-anak malnutrisi. Penambahan kelor pada diet
harian anak-anak mampu melakukan recovery secara cepat karena mengandung 40
nutrient esensial. Daun pohon kelor menjadi
sumber dari banyak nutrient yang diduga mampu mengatasi malnutrisi di daerah
yang beriklim tropis dan subtropis. Kondisi geografis NTT dengan iklim
tropis kering memungkinkan tanaman kelor tumbuh dengan baik. Kelor sebagai
tanaman yang dapat dijumpai dalam skala luas di NTT yang sampai saat ini belum
dimanfaatkan secara maksimal baik sebagai tambahan komsumsi diet bagi ibu
hamil, wanita menyusui, balita akibat masih kurangnya informasi komposisi
nutrisional kelor varietas NTT. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian lebih
lanjut melalui penelitian eksperimental laboratorium, untuk mengetahui dan
membuktikan sejauh mana kandungan nutrisi pada tanaman kelor varietas NTT dapat
memperbaiki status gizi individu yang mengidap kekurangan energi dan dan kalori
akibat malnutrisi. Dan apakah suplementasi tepung daun kelor varietas NTT dapat
meningkatkan kadar albumin pada tikus strain wistar yang diperlakukan KEP
(Kurang Energi Protein).
METODE PENELITIEN
Waktu dan Tempat Penelitian
Pengambilan data dilakukan bulan Juli sampai dengan September 2010. Tempat
penelitian adalah laboratorium Fisiologi Molekuler FK Universitas Brawijaya dan Jurusan
Biologi Universitas Negeri Malang.
Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan
rancangan percobaan acak kelompok (RAK). Sebagai perlakuan dalam penelitian ini
adalah dosis tepung daun kelor varietas NTT. Penelitian ini dilakukan dengan 6
kali ulangan.
Pembuatan Tikus KEP
Untuk pembuatan tikus KEP, tikus yang
berumur 2 bulan diberi diet harian dengan susunan bahan pakan rendah protein (4%) dari total intake harian
dengan karak/nasi yang dikeringkan dengan berat pakan 30gr/hari sesuai dengan
berat pakan standard untuk diet harian tikus Wistar. Pembuatan tikus
KEP dilakukan selama antara selang waktu 56 hari (2 bulan). Tikus telah dinyatakan KEP jika
nilai albumin berada dibawah nilai 3,3 mg/dL atau berada minimal pada rentang
sekitar 2,7 mg/ dL.
Untuk
pakan standart yang diberikan adalah 30gr/hari dan komposisinya seperti tabel
berikut ini:
Diet Normal :
PAR-S
|
Energi = (1000:100) x 344 =
3400 Kal.
Protein = (1000:100) x 19 = 190
gram
Lemak = (1000:100) x 4 = 40 gram
KH = (1000:100) x
58 = 580 gram
|
Penghitungan Dosis Kelor dan Pembagian Kelompok Perlakuan
Untuk penghitungan dosis minimal tepung
daun kelor dari varietas NTT sebagai berikut: Menurut FAO dosis tepung kelor
untuk anak usia 3 tahun (BB 14 kg) sebesar 25 gr/hari. Untuk tikus dengan BB
200gr, maka dosis yang diperlukan minimal = 200/14000 x 25gr = 357 mg. Kemudian
dibulatkan menjadi 360 mg/hari. Jadi untuk dosis tepung kelor yang digunakan
yaitu 180, 360, 720, dan 1440 mg/hari.
Untuk tikus
subjek penelitian dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu:
1. Kontrol
Negatif = tikus wistar jantan usia 2 bulan diberi pakan standar.
2. Kelompok
Kontrol positif = tikus wistar jantan usia 2 bulan diberi pakan KEP tanpa
suplementasi tepung daun kelor selama 1 bulan.
3. Kelompok I =
tikus wistar jantan usia 2 bulan diberi pakan KEP dengan suplementasi tepung
daun kelor dosis 180 mg /hari selama 1 bulan.
4. Kelompok II =
tikus wistar jantan usia 2 bulan diberi pakan KEP dengan suplementasi tepung daun
kelor dosis 360 mg /hari selama 1 bulan.
5. Kelompok III =
tikus wistar jantan usia 2 bulan diberi pakan KEP dengan suplementasi tepung
daun kelor dosis 720 mg/hari selama 1 bulan.
6. Kelompok IV =
tikus wistar jantan usia 2 bulan diberi pakan KEP dengan suplementasi tepung
daun kelor dosis 1440 mg/hari selama 1 bulan.
Metode Pengukuran Albumin
Untuk pengukuran variabel indikator
status gizi Albumin sebagai berikut:
Pengukuran
kadar albumin dilakukan dengan uji kimia darah menggunakan prosedur alat Cobas
Mira Plus di Laboratorium Fisiologi Molekuler FK UB.
Analisis Data
Seluruh
teknis pengolahan data dianalisis secara komputerisasi dengan One way Anova
menggunakan Software Statistical Product and Servive Solution 16 PS (SPSS 14
PS) dengan taraf signifikan (p < 0,05) untuk mengetahui perbedaan
kadar Albumin antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan. Data hasil
analisis disajikan dalam bentuk mean±SD.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Efek Pemberian Tepung Daun Kelor
pada Berat Badan dan Indikator Status Gizi
Berdasarkan hasil penelitian data perbedaan berat badan
tikus percobaan kelompok diet normal, KEP dan kelompok KEP dengan pemberian
tepung kelor berbagai dosis. Setelah 2 bulan pengamatan (pembuatan tikus KEP)
dan 3 bulan (setelah perlakuan dengan pemberian tepung kelor) disajikan seperti
pada tabel berikut ini:
Tabel
1. Berat Badan Tikus pada Bulan ke 2 dan 3 Menurut Pemberian Pakan
BB
(gr)
|
Kontrol
(pakan normal)
(Mean±SD)
|
KEP
(Mean±SD)
|
KEP
+ kelor 180 mg
(Mean±SD)
|
|||
2
bln
|
3
bln
|
2
bln
|
3
bln
|
2
bln
|
3
bln
|
|
228,7±11,3
|
250,0±11,6
|
100,8±11,6
|
93,0±11,7
|
105,8±13,4
|
217,3±23,3
|
BB
(gr)
|
KEP
+ kelor 360 mg (Mean±SD)
|
KEP
+ kelor 720 mg
(Mean±SD)
|
KEP
+ kelor 1440 mg (Mean±SD)
|
|||
2
bln
|
3
bln
|
2
bln
|
3
bln
|
2
bln
|
3
bln
|
|
103,2±8,5
|
201,8±18,1
|
102,5±9,0
|
249,5±9,8
|
104,7±13,3
|
215,7±33,8
|
Berat badan tikus dengan pakan normal selama 2 bulan
rata-rata lebih tinggi dibanding kelompok KEP. Pada bulan ke 3 semua kelompok
mengalami kenaikan berat badan kecuali kelompok KEP murni yang justru turun
dari 100,8±11,6 menjadi 93,0±11,7. Peningkatan berat badan tertinggi
dicapai oleh kelompok KEP + Kelor 720 mg, sedangkan peningkatan berat badan pada
penambahan tepung daun kelor diatas 720 mg/hari lebih rendah dibanding kelompok
720 mg/ hari.
Indikator status gizi pada penelitian ini dilakukan dengan
pengukuran kadar albumin darah. Hasil pengukuran (rerata ± SD) disajikan
dalam tabel berikut:
Tabel 2. Kadar Albumin Darah Menurut
Kelompok Pemberian Pakan dan Dosis Tepung Daun Kelor
Parameter
|
Kelompok
|
|||||
Normal
|
KEP
|
KEP
+ Kelor 180 mg/hari
|
KEP
+ Kelor 360 mg/hari
|
KEP
+ Kelor 720 mg/hari
|
KEP
+ Kelor 1440 mg/hari
|
|
Albumin
|
3,10,19
|
2,50,14
|
2,90,12
|
2,50,12
|
3,60,12
|
2,60,16
|
Hasil pengukuran kadar albumin darah
pada beberapa kelompok perlakuan disajikan pada Gambar 1 dibawah ini:
Gambar 1. Hubungan antara Efek Pemberian Tepung Kelor terhadap Kadar Albumin.
Keterangan:
1 = kelompok kontrol negatif (pakan normal), 2 = kelompok kontrol positif
(pakan KEP), 3 = kelompok perlakuan kelor dosis 180mg/hari, 4 = kelompok
perlakuan kelor dosis 360mg/hari, 5 = kelompok perlakuan kelor dosis
720mg/hari, 6 = kelompok perlakuan kelor dosis 1440mg/hari.
Tabel 3. Rerata Kadar Albumin pada Beberapa Kelompok
Perlakuan (g/dL)
Perlakuan
|
N
|
Mean SD (p ≤ 0,05)
|
Kontrol
Negatif
|
6
|
3,10,19 (b
|
Kontrol
Positif
|
6
|
2,50,14 (a
|
Kelor
Dosis 180mg
|
6
|
2,90,12(b
|
Kelor
Dosis 360mg
|
6
|
2,50,12 (a
|
Kelor
Dosis 720mg
|
6
|
3,60,12 (c
|
Kelor
Dosis 1440mg
|
6
|
2,60,16 (a
|
Keterangan:
Notasi yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata sedangkan notasi yang berbeda menunjukkan berbeda signifikan.
Berdasarkan hasil pengukuran kadar albumin darah,
peningkatan kadar albumin terjadi pada tikus KEP setelah pemberian tepung daun
kelor. Peningkatan tertinggi terjadi pada pemberian dosis 720 mg /hari.
Pemberian dosis diatas 720 mg/ hari menghasilkan kadar albumin seperti keadaan
KEP sebelum diberi asupan tepung daun kelor.
Pembahasan
Tepung daun kelor varietas NTT jenis kelor hijau memiliki
kandungan gizi lebih baik daripada jenis kelor merah, baik protein, lemak
maupun karbohidrat, tetapi kadar besinya lebih rendah (Therik, 2008).
Bila dibandingkan dengan kandungan gizi daun kelor varietas Afrika
(Fuglie,2000), varietas NTT masih lebih rendah, meskipun kandungan proteinnya
hampir sama. Berdasarkan hasil penelitian Fuglie (2000) tersebut dapat kita
bandingkan dengan kandungan gizi potensial dari tepung daun kelor varietas NTT.
Dari hasil pengujian kandungan gizi kelor jenis hijau dari varietas NTT yang
mengandung 27,01% protein per 100 g tepung kering daun kelor, nampak bahwa
potensi kelor varietas lokal NTT dapat disetarakan dengan kelor yang telah
direkomendasikan pada hasil penelitian di Afrika.. Hal ini berarti dari hasil
penelitian pemberian tepung daun kelor varietas NTT pada model hewan KEP dapat
dijadikan sebagai rekomendasi awal untuk eksplorasi lebih lanjut potensi
nutrisional tepung daun kelor varietas NTT sebagai kandidat suplemen nutrisi
untuk kasus malnutrisi.
Tingginya kandungan gizi daun kelor varietas NTT ternyata
mampu meningkatkan status gizi tikus model KEP dengan ditandai peningkatan
kadar parameter (indikator status gizi) yang dalam penelitian ini yaitu
albumin. Hasil penelitian Fuglie (2000) di Senegal pada komunitas masyarakat
kurang gizi dengan terapi tepung daun kelor juga menunjukkan hasil yang
signifikan terhadap status gizi individu. Penelitian Tshikaji (FAO, 2006)
melaporkan bahwa salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi
malnutrisi adalah dengan penggunaan kelor sebagai sumber diet tambahan, karena
daun kelor memiliki kandungan protein lengkap (mengandung 9 asam amino
esensial), kalsium, zat besi, kalium, magnesium, dan vitamin A, C, E serta B
yang memiliki peran besar pada sistem imun. Data pada ibu dan bayi diberi diet
dengan kelor, ibu mulai menghasilkan ASI cukup dan terjadi penambahan berat
badan yang signifikan dalam waktu singkat pada bayi masyarakat pedesaan di
Congo.
Albumin memiliki half life yang cukup panjang (14-20 hari),
sehingga dapat menjadi indikator status nutrisi kronik. Fungsi albumin yang
utama sebagai protein carier dan membantu untuk menjaga tekanan onkotik (Bahn,
2006). Peningkatan kadar albumin hanya terjadi pada kelompok dosis 180 mg, 360
dan 720 mg/ hari. Sedangkan pada pemberian dosis 1440 mg/hari terjadi penurunan
kadar albumin yang sama dengan kondisi KEP tanpa pemberian tepung daun kelor.
Hal ini mungkin disebabkan dosis tepung daun kelor yang tinggi membebani kerja
hepar dalam mensintesis albumin.
Pada kasus malnutrisi seperti pada kwashiorkor defisiensi
protein akan menurunkan kualitas hidup individu dengan efek penurunan sistem
imun, berat badan, dsb. Dari hasil penelitian ini pula memberikan gambaran awal
bahwa tepung daun kelor dari varietas NTT memiliki kapabilitas poten untuk
melakukan recovery terhadap beberapa indikator status gizi potensial.
Hasil tersebut terlihat jelas pada kelompok perlakuan setelah tikus wistar diperlakukan
dengan diet kurang energi protein (KEP) diikuti pemberian suplemen tepung daun
kelor, ternyata kadar dari beberapa indikator tersebut naik kembali dan pada
rentang dosis 180-720 mg/ hari mampu mencapai rentangan kadar normal untuk
masing-masing indikator tersebut setelah pemberian dosis 360 mg/ hari.
Peningkatan indikator gizi pada tikus model KEP yang
mencapai maksimal pada dosis 720 mg/ hari merupakan salah satu fenomena
farmakologis bahwa efek pemberian obat (dalam hal ini suplemen tepung daun
kelor) membentuk kurva sigmoid mempunyai batas maksimal.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.
Pemberian Tepung daun kelor varietas NTT dapat meningkatkan status gizi tikus
model KEP dengan indikator kadar albumin darah.
2.
Dosis optimal tepung daun kelor varietas NTT yang bisa meningkatkan status gizi
tikus KEP adalah 720 mg/ hari
Saran
1.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang uji farmakodinamik,
farmakokinetik, dan uji toksisitas tepung daun kelor varietas NTT untuk
menentukan LD50 dan perubahan patologis organ pada hewan coba.
2.
Untuk tahap selanjutnya perlu dilakukan uji klinis untuk memastikan
efektivitas, keamanan, dan gambaran efek samping bahan tepung kelor yang sering
timbul pada manusia akibat pemberian bahan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar