Senin, 09 April 2012

Hipertensi

HIPERTENSI
Definisi
Istilah tekanan darah berarti tekanan pada pembuluh nadi dari peredaran darah sistemik di dalam tubuh manusia. Tekanan darah dibedakan antara tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik (Lany G, 2001).
Tekanan darah sistolik adalah tekanan darah pada waktu jantung menguncup (sistole). Adapun tekanan darah diastolik adalah tekanan darah pada saat jantung mengendor kembali (diastole). Dengan demikian, jelaslah bahwa tekanan darah sistolik selalu lebih tinggi daripada tekanan darah diastolik. Tekanan darah manusia senantiasa tinggi dan rendah sesuai dengan detak jantung (Lany G, 2001).
Tekanan darah manusia biasa diukur secara tidak langsung dengan alat tensimeter (Sfigmo manometer air raksa). Tekanan darah manusia dapat digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu tekanan darah rendah (hipotensi), tekanan darah normal (normotensi) dan tekanan darah tinggi (hipertensi) (Lany G, 2001).
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Tekanan darah normal bervariasi sesuai dengan usia. Namun, secara umum, seseorang dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih daripada 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik (140/90 mmHg) (Elizabeth J Corwin, 2001).

Klasifikasi Hipertensi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar, yaitu:
1.   Hipertensi esensial (hipertensi primer), yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya.  Mereka yang menderita hipertensi primer, tidak menunjukkan gejala apapun. Pada umumnya, penyakit hipertensi primer baru diketahui pada waktu pemeriksaan kesehatan ke dokter.
2.   Hipertensi sekunder, yaitu hipertensi yang telah diketahui penyebabnya. Timbulnya hipertensi sekunder sebagai akibat dari suatu penyakit , kondisi, dan kebiasaan seseorang. Contoh kelainan yang menyebabkan hipertensi sekunder adalah sebagai hasil dari salah satu atau kombinasi hal-hal berikut:
a.   Akibat stress yang parah
b.   Penyakit atau gangguan ginjal
c.   Kehamilan atau pemakaian pil pencegahan kehamilan
d.   Pemakaian obat terlarang seperti heroin, kokain, atau jenis narkoba lainnya.
e.   Cedera di kepala atau perdarahan di otak yang berat
f.    Tumor di otak atau sebagai reaksi dari pembedahan (A.P Bangun, 2003).
               Tabel 3.2 Klasifikasi hipertensi
Kategori
Tekanan Darah Sistolik
Tekanan Darah Diastolik
Normal
Dibawah 130 mmHg
Dibawah 85 mmHg
Normal tinggi
130-139 mmHg
85-89 mmHg
Stadium 1
(Hipertensi ringan)
140-159 mmHg
90-99 mmHg
Stadium 2
(Hipertensi sedang)
160-179 mmHg
100-109 mmHg
Stadium 3
(Hipertensi berat)
180-209 mmHg
110-119 mmHg
Stadium 4
(Hipertensi maligna)
210 mmHg atau lebih
120 mmHg atau lebih
    


  Gambaran Klinis Hipertensi
Sebagian besar manifestasi klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun – tahun dan berupa :
-     Nyeri kepala saat terjaga, kadang – kadang disertai mual dan muntah akibat peningkatan tekanan darah intrakranium
-     Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi
-     Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat
-     Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus
-     Edema dependen dan pembengkakan akibat tekanan kapiler (Elizabeth J.Corwin, 2001).
Komplikasi Hipertensi
-     Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi.
-     Dapat terjadi infark miokardium apabila arteri koroner yang aterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium.
-     Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler – kapiler ginjal, glomerolus.
-     Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang meningkat cepat). Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang interstisium di seluruh susunan saraf pusat (Elizabeth J.Corwin, 2001).
 Terapi Nutrisi Hipertensi
a.    Tujuan Diet
1. Membantu menghilangkan retensi garam atau air dalam jaringan tubuh.
2. Membantu menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.
b.   Prinsip Diet
Rendah Garam
c.   Jenis Diet
-       Diet Rendah Garam 1 (200-400 mgNa) diberikan kepada pasien dengan edema, asites,hipertensi berat. Pada pengolahan bahan makanan tidak ditambahkan garam dapur.
-       Diet Rendah Garam 2 (600-800 mgNa) diberikan kepada dengan edema, asites,hipertensi tidak terlalu berat. Pemberian makanan sehari sama dengan Diet Rendah Garam 1. Pada pengolahan makanannya boleh menggunakan ½ sdt garam dapur (2 g).
-       Diet Rendah Garam 3 (1000-1200 mgNa) diberikan kepada dengan edema, asites,hipertensi ringan. Pemberian makanan sehari sama dengan Diet Rendah Garam 1. Pada pengolahan makanannya boleh menggunakan 1 sdt garam dapur (4 g).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar