Diare akut menurut Cohen adalah keluarnya buang air besar sekali atau
lebih yang berbentuk cair dalam satu hari dan berlangsung kurang dari 14 hari.
Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit dan sering
disertai dengan asoidosis metabolik karena kehilangan basa. Penyebab diare akut
pada anak secara garis besar dapat disebabkan oleh gastroenteritis, keracunan
makanan, antibiotika dan infeksi sistemik. Menurut Noerasid, diare akut adalah
diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat
sedangkan menurut American Academy of Pediatric (AAP) mendefinisikan diare
dengan karakteristik peningkatan frekuensi dan atau perubahan konsistensi,
dapat disertai atau tanpa gejala dan tanda seperti mual, muntah, demam atau
sakit perut yang berlangsung selama 3-7 hari (Putra, 2008).
Diare
adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja, berbentuk cairan atau setengah
cairan (setengah padat), sehingga kandungan air pada tinja lebih banyak dari
biasanya (normal 100-200 ml per jam tinja). Menurut WHO (1980) diare adalah
buang air besar encer atau cairan lebih dari tiga kali sehari (Hendarwanto,
1996).
Berdasarkan
Ditjen PPM dan PLP (1999), diiare adalah penyebab
penting kekurangan gizi. Hal ini desebabkan karena pada penderita diare terjadi
anoreksia, sehingga makanan yang masuk kedalam tubuh lebih sedikit (tidak
sesuai dengan yang seharusnya). Kemampuan pencernaan dalam mengabsorpsi sari-sari
makanan juga akan terjadi penurunan, karena adanya gangguan pada saluran
pencernaan. Setiap episode diare akan menyebabkan kurang gizi, jadi jika
episode diare berkepanjangan maka akan terjadi gangguan pertumbuhan. Secara
keseluruhan penyerapan zat-zat makanan berkurang sekitar 30% selama terjadi
diare.
Gejala & Tanda
|
Keadaan Umum
|
Mata
|
Mulut/ Lidah
|
Rasa Haus
|
Kulit
|
% Turun BB
|
Estimasi def. cairan
|
Tanpa
Dehidrasi
|
Baik, Sadar
|
Normal
|
Basah
|
Minum Normal, Tidak Haus
|
Dicubit kembali cepat
|
< 5
|
50 %
|
Dehidrasi
Ringan –Sedang
|
Gelisah Rewel
|
Cekung
|
Kering
|
Tampak Kehausan
|
Kembali lambat
|
5 – 10
|
50–100 %
|
Dehidrasi
Berat
|
Letargik, Kesadaran Menurun
|
Sangat cekung dan kering
|
Sangat kering
|
Sulit, tidak bisa minum
|
Kembali sangat lambat
|
>10
|
>100 %
|
Sumber : Sandhu 2001
Menurut Ridwan Amirudin (2007),
gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi 3 kali atau
lebih dalam sehari, yang kadang disertai:
1. Muntah.
2. Badan
lesu atau lemah.
3. Panas.
4.
Tidak ada nafsu makan.
5. Darah
dan lendir dalam kotoran.
Rasa
mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi
virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba
menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau
kelesuan. Selain itu, dapat pula mengalami sakit perut dan kejang perut, serta
gejala- gejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot atau kejang,
dan sakit kepala. Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja
mengandung darah atau demam tinggi.
Klasifikasi Diare
Secara
klinik diare dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Diare Akut
Diare
Akut adalah buang air besar berbentuk cairan yang berlangsung kurang dari 14
hari, bahkan biasanya terjadi kurang dari 7 hari, dengan pengeluaran tinja
lunak atau cair dan tanpa darah, kadang disertai muntah dan panas. Diare akut
dapat menyebabkan dehidrasi dan jika asupan makanan kurang, dapat berakibat
kurang gizi (Ditjen PPM
dan PLP, 1999 ).
Tabel Komposisi
Elektrolit pada Diare Akut
Macam
|
Komposisi rata-rata elektrolit mmol/L
|
|||
Na
|
K
|
Cl
|
HCO3
|
|
Diare Kolera Dewasa
|
140
|
13
|
104
|
44
|
Diare Kolera Balita
|
101
|
27
|
92
|
32
|
Diare Non Kolera Balita
|
56
|
26
|
55
|
14
|
Sumber :
Ditjen PPM dan PLP,1999
Penyebab diare akut ditinjau dari patofisiologinya adalah
sebagai berikut :
a.
Diare sekresi yang
disebabkan oleh virus atau kuman, hiperperistaltik usus halus, defisiensi imun
(SIgA).
b. Diare
osmotik biasanya disebabkan oleh malabsorpsi makanan, Kurang Energi Protein,
bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
Perubahan-perubahan
yang terjadi pada diare akut adalah kehilangan cairan, perubahan keseimbangan
asam basa, hipoglikemia, gangguan gizi dan gangguan sirkulasi. Dari segi
nutrisi, diare akut berakibat buruk terhadap keadaan gizi, melalui 4 mekanisme,
yaitu :
a. Pemasukan makanan berkurang karena mengalami anoreksia,
kebiasaan mengurangi makanan saat terjadi diare.
b. Absorpsi makanan berkurang oleh karena kerusakan mukosa
usus, vili menjadi pendek, atrofi dan enzim lactase dan disakaridase berkurang
c. Gangguan fungsi metabolisme dan endokrin pada keadaan
infeksi sistemik
d. Kehilangan cairan dan elektrolit, serta kehilangan
nitrogen melalui tinja, keluarnya plasma protein dan darah karena kerusakan
jaringan usus (Suandi,
1997)
b. Diare Kronis
Diare
kronik (persisten) adalah buang air besar berbentuk
cairan yang berlangsung lebih
dari 14 hari, disertai kehilangan berat badan selama diare terjadi (Suandi,
1997). Diare ini dapat menyebabkan status gizi menjadi memburuk dan dapat
menyebabkan kematian. Penyebab diare kronik ini adalah infeksi, alergi protein,
enteropati sensitive gluten, fibrosis sistik, defisiensi imun dan penyakit
hati. Faktor yang sering menyebabkan diare kronik adalah defisiensi lactase dan
malabsopsi laktosa.
Tabel Lamanya Episode Diare.
Negara
|
Persentase
lamanya episode diare (%)
|
||
1-7 hari
|
8-14
hari
|
>14
hari
|
|
Indonesia
|
83
|
14
|
4
|
Guatemala
|
53
|
27
|
19
|
Peru
|
79
|
14
|
7
|
Bangladesh
|
66
|
21
|
14
|
India
|
35
|
55
|
10
|
Sumber : (Deddy
Satriya Putra, 2008)
Infeksi yang dapat menimbulkan diare kronik adalah infeksi ekstraintestinal
(infeksi saluran kemih) dan infeksi intraintestinal antara lain : E.coli
enteroadesif, E.coli enteropatogenik, kriptosporadium dan salmonella non tifus. Penderita yang
sering terkena biasanya berusia kurang dari 3 bulan, gizi buruk, depresi system
imonologik dan kekurangan enzim.
Penatalaksanaan
Diare
Penggantian
cairan dan elektrolit merupakan elemen yang penting dalam terapi efektif diare
akut. Beratnya dehidrasi secara akurat dinilai berdasarkan berat badan yang
hilang sebagai persentase kehilangan total berat badan dibandingkan berat badan
sebelumnya sebagai baku emas. Pemberian terapi cairan dapat dilakukan secara
oral atau parateral. Pemberian secara oral dapat dilakukan untuk dehidrasi
ringan sampai sedang dapat menggunakan pipa nasogastrik, walaupun pada
dehidrasi ringan dan sedang. Bila diare profus dengan pengeluaran air tinja
yang banyak (>100 ml/kgBB/hari) atau muntah hebat (severe vomiting) sehingga
penderita tak dapat minum sama sekali, atau kembung yang sangat hebat (violent
meteorism) sehingga upaya rehidrasi oral tetap akan terjadi defisit maka dapat
dilakukan rehidrasi parenteral walaupun sebenarnya rehidrasi parenteral
dilakukan hanya untuk dehidrasi berat dengan gangguan sirkulasi. Keuntungan
upaya terapi oral karena murah dan dapat diberikan dimana-mana. AAP
merekomendasikan cairan rehidrasi oral (ORS) untuk rehidrasi dengan kadar
natrium berkisar antara 75-90 mEq/L dan untuk pencegahan dan pemeliharaan
dengan natrium antara 40-60mEq/L. Anak yang diare dan tidak lagi dehidrasi
harus dilanjutkan segera pemberian makanannya sesuai umur (Putra, 2008).
Penatalaksanaan
diare akut akibat infeksi :
1. Rehidrasi
sebagai prioritas utama pengobatan
Empat hal penting yang perlu
diperhatikan adalah:
a. Jenis
cairan
Pada diare akut yang ringan
dapat diberikan oralit. Diberikan cairan ringer laktat bila tak tersedia dapat
diberikan cairan NaCl isotonik ditambah satu ampul Na bikarbonat 7,5 % 50 ml
b. Jumlah
cairan
Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan jumlah cairan
yang dikeluarkan
c. Cara
pemberian cairan
Cara pemberian dapat dilakukan secara oral maupun
perenteral.
d. Jadwal
pemberian cairan
Rehidrasi dengan perhitungan kebutuhan cairan berdasarkan
metode Daldiyono diberikan pada 2 jam pertama. Selanjutnya dilakukan penilaian
kembali status hidrasi untuk memperhitungkan kebutuhan cairan.Rehidrasi
diharapkan terpenuhi lengkap pada akhir jam ke 3.
2. Identifikasi
penyebab diare akut karena infeksi
Secara klinis, tentukan jenis
diare koleform atau disentriform. Selanjutnya
dilakukan pemeriksaan penunjang yang terarah
3. Terapi
simtomatik
Obat antidiare
bersifat simtomtik dan diberikan sangat hati-hati atas pertimbangan yang
rasional. Antimotilitas dan sekresi usus seperti loperamid, sebaiknya jangan
dipakai pada infeksi salmonella, shigella, dan kolitis pseudomembran, karena
akan memperburuk diare yang diakibatkan bakteri enteroinvasif akibat
perpanjangan waktu kontak antara bakteri dengan epitel usus. Bila pasien sangat
kesakitan, maka dapat diberikan obat antimotilitas dan sekresi usus di atas
dalam jangka pendek selama 1-2 hari saja dengan 3-4 tablet /hari, serta
memperhatikan ada tidaknya glaukoma dan hipertropi prostat. Pemberian
antiemetik pada anak dan remaja, seperti metoklopropamid, dapat menimbulkan
kejang akibat rangsangan ekstrapiramidal.
4. Terapi
definitif
Pemberian edukasi
sangat penting sebagai langkah pencegahan. Higiene perorangan, sanitasi
lingkungan, dan imunisasi melalui vaksinasi sangat berarti, selain terapi
farmakologi.
5. Terapi
diet
Pasien dengan
diare akut, akan diberikan diet sisa rendah. Diet sisa rendah adalah makanan yang terdiri dari bahan
makanan rendah serat dan hanya sedikit meninggalkan sisa. Yang dinaksut dengan
sisa adalah bagian-bagian makanan yang tidak diserap seperti yang terdapat di
dalam susu dan produk susu serta serat daging yang berserat kasar. Selain itu,
makanan lain yang merangsang saluran cerna harus dibatasi.
Tujuan diet sisa
rendah adalah untuk memberikan makanan yang sesuai kebutuhan gizi yang sedikit
mungkin meninggalkan sisa sehingga dapat membatasi volume veses dan tidak
merangsang saluran cerna.
Syarat-syarat
diet rendah sisa adalah:
1. Energi cukup sesuai dengan umur, gender, dan
aktivitas
2. Protein cukup yaitu 10-15 % dari kebutuhan energi total
3. Lemak sedang yaitu 10-25 % dari kebutuhan energi
total
4. Karbohidrat cukup, yaitu sisa kebutuhan energi total
5. Menghindari makanan berserat tinggi dan sedang
sehingga asupan serat maksimal 8 g/hari. Pembatasan ini disesuaikan dengan
toleransi perorangan
6. Menghindari susu, produk susu, dan daging berserat
kasar sesuai dengan toleransi perorangan
7. Menghindari makanan yang terlalu berlemak, terlalu
manis, terlalu asam, dan berbumbu tajam
8. Makanan dimasak hingga lunak dan dihidangkan pada
suhu tidak terlalu panas dan dingin
9. Makanan sering diberikan dalam porsi kecil
10.
Bila
untuk jangka waktu lama atau dalam keadaan khusus, diet perlu disertai suplemen
vitamin, dan mineral, makanan formula, atau makanan parenteral.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar