Senin, 09 April 2012

DIARE


Diare akut menurut Cohen adalah keluarnya buang air besar sekali atau lebih yang berbentuk cair dalam satu hari dan berlangsung kurang dari 14 hari. Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit dan sering disertai dengan asoidosis metabolik karena kehilangan basa. Penyebab diare akut pada anak secara garis besar dapat disebabkan oleh gastroenteritis, keracunan makanan, antibiotika dan infeksi sistemik. Menurut Noerasid, diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat sedangkan menurut American Academy of Pediatric (AAP) mendefinisikan diare dengan karakteristik peningkatan frekuensi dan atau perubahan konsistensi, dapat disertai atau tanpa gejala dan tanda seperti mual, muntah, demam atau sakit perut yang berlangsung selama 3-7 hari (Putra, 2008). 
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja, berbentuk cairan atau setengah cairan (setengah padat), sehingga kandungan air pada tinja lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 ml per jam tinja). Menurut WHO (1980) diare adalah buang air besar encer atau cairan lebih dari tiga kali sehari (Hendarwanto, 1996).
Berdasarkan Ditjen PPM dan PLP (1999), diiare adalah penyebab penting kekurangan gizi. Hal ini desebabkan karena pada penderita diare terjadi anoreksia, sehingga makanan yang masuk kedalam tubuh lebih sedikit (tidak sesuai dengan yang seharusnya). Kemampuan pencernaan dalam mengabsorpsi sari-sari makanan juga akan terjadi penurunan, karena adanya gangguan pada saluran pencernaan. Setiap episode diare akan menyebabkan kurang gizi, jadi jika episode diare berkepanjangan maka akan terjadi gangguan pertumbuhan. Secara keseluruhan penyerapan zat-zat makanan berkurang sekitar 30% selama terjadi diare.
      Tabel  Derajat dehidrasi
Gejala & Tanda
Keadaan Umum
Mata
Mulut/ Lidah
Rasa Haus
Kulit
% Turun BB
Estimasi def. cairan
Tanpa Dehidrasi
Baik, Sadar
Normal
Basah
Minum Normal, Tidak Haus
Dicubit kembali cepat
< 5
50 %
Dehidrasi Ringan –Sedang
Gelisah Rewel
Cekung
Kering
Tampak Kehausan
Kembali lambat
5 – 10
50–100 %
Dehidrasi Berat
Letargik, Kesadaran Menurun
Sangat cekung dan kering
Sangat kering
Sulit, tidak bisa minum
Kembali sangat lambat
>10
>100 %
Sumber : Sandhu 2001

Menurut Ridwan Amirudin (2007), gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi 3 kali atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai:
1.  Muntah.
2.  Badan lesu atau lemah.
3.  Panas.
4.  Tidak ada nafsu makan.
5.  Darah dan lendir dalam kotoran.
Rasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau kelesuan. Selain itu, dapat pula mengalami sakit perut dan kejang perut, serta gejala- gejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala. Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja mengandung darah atau demam tinggi.

Klasifikasi Diare
Secara klinik diare dibedakan menjadi dua, yaitu :
a.   Diare Akut
Diare Akut adalah buang air besar berbentuk cairan yang berlangsung kurang dari 14 hari, bahkan biasanya terjadi kurang dari 7 hari, dengan pengeluaran tinja lunak atau cair dan tanpa darah, kadang disertai muntah dan panas. Diare akut dapat menyebabkan dehidrasi dan jika asupan makanan kurang, dapat berakibat kurang gizi (Ditjen PPM dan PLP, 1999 ).

Tabel Komposisi Elektrolit pada Diare Akut
Macam
Komposisi rata-rata elektrolit mmol/L
Na
K
Cl
HCO3
 Diare Kolera Dewasa
140
13
104
44
Diare Kolera Balita
101
27
92
32
Diare Non Kolera Balita
56
26
55
14
     Sumber : Ditjen PPM dan PLP,1999
Penyebab diare akut ditinjau dari patofisiologinya adalah sebagai berikut :
a.      Diare sekresi yang disebabkan oleh virus atau kuman, hiperperistaltik usus halus, defisiensi imun (SIgA).
b.      Diare osmotik biasanya disebabkan oleh malabsorpsi makanan, Kurang Energi Protein, bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
Perubahan-perubahan yang terjadi pada diare akut adalah kehilangan cairan, perubahan keseimbangan asam basa, hipoglikemia, gangguan gizi dan gangguan sirkulasi. Dari segi nutrisi, diare akut berakibat buruk terhadap keadaan gizi, melalui 4 mekanisme, yaitu :
a.      Pemasukan makanan berkurang karena mengalami anoreksia, kebiasaan mengurangi makanan saat terjadi diare.
b.      Absorpsi makanan berkurang oleh karena kerusakan mukosa usus, vili menjadi pendek, atrofi dan enzim lactase dan disakaridase berkurang
c.      Gangguan fungsi metabolisme dan endokrin pada keadaan infeksi sistemik
d.      Kehilangan cairan dan elektrolit, serta kehilangan nitrogen melalui tinja, keluarnya plasma protein dan darah karena kerusakan jaringan usus (Suandi, 1997)
b.  Diare Kronis
              Diare kronik (persisten) adalah buang air besar berbentuk cairan yang berlangsung lebih dari 14 hari, disertai kehilangan berat badan selama diare terjadi (Suandi, 1997). Diare ini dapat menyebabkan status gizi menjadi memburuk dan dapat menyebabkan kematian. Penyebab diare kronik ini adalah infeksi, alergi protein, enteropati sensitive gluten, fibrosis sistik, defisiensi imun dan penyakit hati. Faktor yang sering menyebabkan diare kronik adalah defisiensi lactase dan malabsopsi laktosa.
Tabel  Lamanya Episode Diare.
Negara
Persentase lamanya episode diare (%)
1-7 hari
8-14 hari
>14 hari
Indonesia
83
14
4
Guatemala
53
27
19
Peru
79
14
7
Bangladesh
66
21
14
India
35
55
10







Sumber : (Deddy Satriya Putra, 2008)
          Infeksi yang dapat menimbulkan diare kronik adalah infeksi ekstraintestinal (infeksi saluran kemih) dan infeksi intraintestinal antara lain  : E.coli enteroadesif, E.coli enteropatogenik, kriptosporadium dan salmonella non tifus. Penderita yang sering terkena biasanya berusia kurang dari 3 bulan, gizi buruk, depresi system imonologik dan kekurangan enzim. 

Penatalaksanaan Diare
Penggantian cairan dan elektrolit merupakan elemen yang penting dalam terapi efektif diare akut. Beratnya dehidrasi secara akurat dinilai berdasarkan berat badan yang hilang sebagai persentase kehilangan total berat badan dibandingkan berat badan sebelumnya sebagai baku emas. Pemberian terapi cairan dapat dilakukan secara oral atau parateral. Pemberian secara oral dapat dilakukan untuk dehidrasi ringan sampai sedang dapat menggunakan pipa nasogastrik, walaupun pada dehidrasi ringan dan sedang. Bila diare profus dengan pengeluaran air tinja yang banyak (>100 ml/kgBB/hari) atau muntah hebat (severe vomiting) sehingga penderita tak dapat minum sama sekali, atau kembung yang sangat hebat (violent meteorism) sehingga upaya rehidrasi oral tetap akan terjadi defisit maka dapat dilakukan rehidrasi parenteral walaupun sebenarnya rehidrasi parenteral dilakukan hanya untuk dehidrasi berat dengan gangguan sirkulasi. Keuntungan upaya terapi oral karena murah dan dapat diberikan dimana-mana. AAP merekomendasikan cairan rehidrasi oral (ORS) untuk rehidrasi dengan kadar natrium berkisar antara 75-90 mEq/L dan untuk pencegahan dan pemeliharaan dengan natrium antara 40-60mEq/L. Anak yang diare dan tidak lagi dehidrasi harus dilanjutkan segera pemberian makanannya sesuai umur (Putra, 2008).
Penatalaksanaan diare akut akibat infeksi :
1.   Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan
Empat hal penting yang perlu diperhatikan adalah:
a.   Jenis cairan
Pada diare akut yang ringan dapat diberikan oralit. Diberikan cairan ringer laktat bila tak tersedia dapat diberikan cairan NaCl isotonik ditambah satu ampul Na bikarbonat 7,5 % 50 ml
b.   Jumlah cairan
Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang dikeluarkan
c.   Cara pemberian cairan
Cara pemberian dapat dilakukan secara oral maupun perenteral.
d.   Jadwal pemberian cairan
Rehidrasi dengan perhitungan kebutuhan cairan berdasarkan metode Daldiyono diberikan pada 2 jam pertama. Selanjutnya dilakukan penilaian kembali status hidrasi untuk memperhitungkan kebutuhan cairan.Rehidrasi diharapkan terpenuhi lengkap pada akhir jam ke 3.
2.   Identifikasi penyebab diare akut karena infeksi
Secara klinis, tentukan jenis diare koleform atau disentriform. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan penunjang yang terarah
3.   Terapi simtomatik
Obat antidiare bersifat simtomtik dan diberikan sangat hati-hati atas pertimbangan yang rasional. Antimotilitas dan sekresi usus seperti loperamid, sebaiknya jangan dipakai pada infeksi salmonella, shigella, dan kolitis pseudomembran, karena akan memperburuk diare yang diakibatkan bakteri enteroinvasif akibat perpanjangan waktu kontak antara bakteri dengan epitel usus. Bila pasien sangat kesakitan, maka dapat diberikan obat antimotilitas dan sekresi usus di atas dalam jangka pendek selama 1-2 hari saja dengan 3-4 tablet /hari, serta memperhatikan ada tidaknya glaukoma dan hipertropi prostat. Pemberian antiemetik pada anak dan remaja, seperti metoklopropamid, dapat menimbulkan kejang akibat rangsangan ekstrapiramidal.
4.   Terapi definitif
Pemberian edukasi  sangat penting sebagai langkah pencegahan. Higiene perorangan, sanitasi lingkungan, dan imunisasi melalui vaksinasi sangat berarti, selain terapi farmakologi.
5.   Terapi diet
Pasien dengan diare akut, akan diberikan diet sisa rendah. Diet sisa rendah adalah makanan yang terdiri dari bahan makanan rendah serat dan hanya sedikit meninggalkan sisa. Yang dinaksut dengan sisa adalah bagian-bagian makanan yang tidak diserap seperti yang terdapat di dalam susu dan produk susu serta serat daging yang berserat kasar. Selain itu, makanan lain yang merangsang saluran cerna harus dibatasi.
Tujuan diet sisa rendah adalah untuk memberikan makanan yang sesuai kebutuhan gizi yang sedikit mungkin meninggalkan sisa sehingga dapat membatasi volume veses dan tidak merangsang saluran cerna.
Syarat-syarat diet rendah sisa adalah:
1.   Energi cukup sesuai dengan umur, gender, dan aktivitas
2.   Protein cukup yaitu 10-15 % dari kebutuhan energi total
3.   Lemak sedang yaitu 10-25 % dari kebutuhan energi total
4.   Karbohidrat cukup, yaitu sisa kebutuhan energi total
5.   Menghindari makanan berserat tinggi dan sedang sehingga asupan serat maksimal 8 g/hari. Pembatasan ini disesuaikan dengan toleransi perorangan
6.   Menghindari susu, produk susu, dan daging berserat kasar sesuai dengan toleransi perorangan
7.   Menghindari makanan yang terlalu berlemak, terlalu manis, terlalu asam, dan berbumbu tajam
8.   Makanan dimasak hingga lunak dan dihidangkan pada suhu tidak terlalu panas dan dingin
9.   Makanan sering diberikan dalam porsi kecil
10.       Bila untuk jangka waktu lama atau dalam keadaan khusus, diet perlu disertai suplemen vitamin, dan mineral, makanan formula, atau makanan parenteral.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar