Senin, 09 April 2012

PENATALAKSANAAN DIET CVA/STROKE



1.  Terapi
     Pilar pengendalian Stroke terdiri dari 4 (empat) hal, yaitu :
  1. Terapi diet stroke (rendah garam, lemak, purin dan banyak makan makanan yang mengandung vitamin A,B,C,E dan elektrolit seperti sayur dan buah-buahan)
  2. Terapi obat (aspirin, triclopidine, clopidogrel, cilostazol, dipiridamol)
  3. Olah raga/latihan jasmani
  4. Penyuluhan/edukasi
2.  Pengaturan Diit
      Pemberian makanan pada penderita stroke disesuaikan dengan keadaan penderita, antara lain apakah kesadaran penderita menurun atau tidak, dan ada tidaknya gangguan fungsi menelan. Pada pasien stroke iskemik biasanya kesadaran tidak menurun dan tidak ada gangguan fungsi menelan. Sedangkan pada stroke hemoragik kesadaran sering kali menurun sampai terjadi koma dan ditemukan disfagia (gangguan menelan). Selain itu, pasien stroke juga mngalami gangguan mengunyah, dan saluran cerna lain seperti tukak stres. Sekitar 30 - 40% pasien mengalami disfagia, dan sekitar 18% mengalami tukau stres pada penderita stroke iskemik, dan sekitar 48% pada penderita stroke hemoragik.
      Untuk mencegah penurunan status gizi dan mencapai gizi yang optimal, diperlukan penatalaksanaan asupan gizi yang tepat pada penderita stroke. Jalur pemberian zat gizi dapat melalui mulut (per oral), enteral (melalui sonde), melalui pipa (NGT) maupun parenteral (dengan selang infus) berdasarkan kondisi penderita. Namun, terkadang penyulit yang timbul pada pemberian nutrisi melalui infus (parenteral) berkepanjangan menimbulkan komplikasi phlebitis (radang pembuluh vena) sehingga juga menghambat kegiatan fisioterapi penderita. Kesulitan menelan pada penderita, terutama yang berbentuk cairan, perlu latihan menelan dengan bantuan gel atau guarcol. Guarcol ini tidak berbau dan tidak memiliki rasa, rendah kalori dan tinggi akan gum yang dapat digunakan untuk mengentalkan cairan, makanan dan minuman.

3.  Tahapan pemberian makanan dan minuman
a.  Pada tahap akut (24-48 jam)   
Bila kesadaran penderita menurun atau tidak sadar, diberikan makanan parenteral (makanan intravena) melalui selang infung, dan dilanjutkan dengan makanan lewat pipa (NGT). Pemberian makanan perlu hati-hati untuk memonitor kebutuhan gizi dan cairan yang diperlukan. Kelebihan cairan dan peningkatan gula darah di dalam darah dapat menyebabkan edema serebri. Energi yang diberikan sesuai kebutuhan basal tubuh, protein diberikan sampai dengan 1,5 g/ kg berat badan/ hari, dan lemak sampai 2,5 g/ kg berat bedan/ hari dan dekstrosa maksimal 7 g/ kg berat badan/ hari. Para peneliti memberi rekomendasi agar kadar gula darah dipertahankan pada level 150-200 mg % pad afase akut stroke.
      b.  Pada tahap pemulihan
·         Bila pasien sadar dan tidak disfagia, dapat diberikan makanan melalui mulut (oral) secara bertahap seperti makanan lunak, saring hingga berupa bentuk makanan yang biasa dengan porsi kecil dan sering.
·         Bila terjadi disfagia, jalur pemberian makanan diberikan bertahap mulai parenteral, kemudian ¼ bagian mulut (per oral) dan ¾ bagian melalui pipa (NGT), selanjutnya ½ bagian per oral (semi padat dan semi cair melalui NGT) dan diet lengkap (makanan dan minuman oral).
·         Bila penderita mengalami tukak stres akibat asam lambung dan gastrin meningkat, diberikan makanan secara bertahap juga dimulai dengan makanan enteral (bila tidak ada perdarahan diberikan melalui selang infus (parenteral) sampai perdarahan berhenti.


Pada penderita dengan gangguan menelan, pemberian makanan disesuaikan juga sebagai berikut :
a.     Bila penderita mengalami  kesulitan menelan, diet yang diberikan yaitu :
·         Makanan dengan aroma dan rasa yang tajam dengan tujuan untuk merangsang dapat menelan semaksimal mungkin.
·         Makanan dengna suhu hangat/dingin untuk merangsang dapat menelan semaksimal mungkin
·         Makanan yang semi padat untuk menghindari obstruksi (penyumbatan).
·         Potongan makanan yang tidak terlalu besar untuk menghindari obstruksi.
·         Makanan porsi kecil dan sering agar asupan makanan optimal.
b.      Bila sensasi (rasa) di mulut menurun, maka sebaiknya dipertimbangkan :
·         Letakkan makanan di area paling sensitif, suhu makanan dingin, makanan dengan aroma dan rasa yang tajam agar penderita mendapatkan rasa yang maksimal.
·         Tidak mencampur makanan dengan berbagai tekstur agar memudahkan menelan.
c.     Bila koordinasi otot mulut melemah, maka dipertimbangkan :
·         Makanan semi padat agar ke otot mulut minimal.
·         Hindari makanan yang licin untuk menghindari masuk ke saluran nafas.
·         Makanan porsi kecil dan sering agar asupan makanan optimal.
d.    Bila porsi elevasi laring menurun, sebaiknya :
·         Makanan kental dan lembut untuk mencegah menempelnya makanan pada laring.
·         Hindari potongan makanan yang besar untuk mencegah obstruksi.
e.     Bila pita suara yang menutup optimal, sebaiknya cairan yang diberikan tidak terlalu encer untuk mencegah cairan masuk ke saluran pernafasan.

4.  Jenis diet
            Pemberian jenis makanan sebaiknya disesuian dengan faktor-faktor risiko yang ada pada penderita. Pada prinsipnya, diet yang diberikan adalah diet seimbang dengan modifikasi yang disesuaikan dengan penyakit penyerta lain yang dialami penderita. Misalnya, penderita stroke dengan hipertensi, sebaiknya diberikan menu diet seimbang dengan jumlah garam yang dibatasi. Seeorang dnegan penyakit Diabetes mellitus, asupan gula dalam diet harus dibatasi. Bagi penderita stroke dengan peninggian asam urat, maka diet yang dianjurkan untuk membatasi asupan purin. Pengaturan diet merupakan hal yang penting, karena merupakan salah satu upaya  untuk mencegah stroke berulang. Oleh karena itu, keluarga terdekat perlu sekali mengetahui jenis yang tepat untuk perawatan penderita di rumah dengan menanyakan pada dokter/ahli gizi sebelum pasien kembali dari rumah sakit.

5.   Kebutuhan gizi
Prinsip pemberian makanan harus memenuhi kebutuhan optimal cairan, kalori, protein, lemak, mineral, dan vitamin. Biasanya porsi makan yang diberikan kecil dan sering (kurang lebih 6 kali sehari). Kebutuhan gizi perlu memperhatikan asupan zat-zat gizi sebagai berikut (Wahyuningrum dan Ardinal, Instalasi Gizi RSCM, Jakarta, 2002) :
  1. Energi
Diberikan berdasarkan umur, berat badan (BB), tinggi badan (TB), jenis kelamin dan aktivitas, atau sekitar 25-45 kkal BB/hari. Pada fase akut (< 48 jam) diberikan sekitar 1.100 – 1.500 kkal/kg BB/hari. Setelah fase akut, pemberian makanan disesuaikan dengan keadaan pasien dan penyakit penyerta yang ada, misalnya diet rendag garam (untuk penderit ahipertensi), rendah kolesterol dan lemak (penderita dengan kolesterol tinggi), rendah gula (penderita diabetes mellitus), atau rendah purin (penderita dengan asam urat tinggi).

  1. Karbohidrat
Diberikan sekitar 60 – 65% dari total energi yang dibutuhkan. Bagi penderita Diabetes mellitus, sebaiknya tidak diberikan gula murni dan membatasi pemberian karbohidrat kompleks.
  1. Protein
Diberikan sesuai kebutuhan, sekitar 0,8 – 1 g/kg BB/hari. Sedangkan penderita dengan gizi kurang diberikan lebih banyak yaitu sekitar 1,2 – 1,5 g/kg BB/hari. Untuk penderita dengan penyakit penyerta seperti gagal ginjal kronik, dibatasi hanya 0,6 g/kg BB/hari.
  1. Lemak
Asupan lemak sebaiknya diberikan sekitar 20-25 % dari total energi. Sebaiknya diberikan lemak tidak jenuh ganda. Hindari makanan mengandung banyak lemak terutam lemak jenuh, tinggi kolesterol, dan asam lemak trans (trans fatty acid), yang banyak terdapat pada margarin, daging berlemak, makanan gorengan, dan juga makanan kemasan seperti chips. Kolesterol sebaiknya dibatasi sekitar 30% dari total lemak. Pilih lemak yang tidak jenuh dalam memasak terutama yang banyak mengandung vitamin E seperti minyak zaitun. Menurut beberapa penelitian, pemberian asam lemak omega-3 (dari minyak ikan) bermanfaat untuk mencegah atero sklerosis dan mengencerkan darah. Oleh karena itu, konsumsi ikan laut yang banyak mengandung omega-3 dianjurkan.
  1. Vitamin
Terutama vitamin C, vitamin B2  (riboflavin), vitamin B6, vitamin B12, asam folat, dan vitamin E. Untuk penderita yang mendapat obat anti koagulan (warfarin) pemberian bahan makanan sumber vitamin K harus dibatasi karena vitamin K merupakan antagonis dari obat antikoagulan tersebut. Batasi sumber makanan yang mengandung vitamin K seperti kembang kol, brokoli.

  1. Mineral
Diberikan cukup mineral terutama kalium, seng, kalsium, magnesium. Batasi asupan natrium, penggunaan garam dapur sekitar 5 g/hari atau 2 gram natrium (1 – 1,5 sendok teh). Pengggunaan garam dalam memasak sebaiknya diganti dengan bumbu-bumbu lain untuk meningkatkan cita rasa seperti bawang putih. Hati-hati pada penderita hipertensi, bila menggunakan obat anti hipertensi/diuresis dapat terjadi hipoatremi (kekurangan natrium di dalam darah).
  1. Serat
Konsumsi serat dari sayur-sayuran dan buah-buahan, serta biji-bijian (sereal, roti bergandum) bermanfaat dalam menurunkan kolesterol darah, mencegah sembelit serta melancarkan buang air besar.
  1. Cairan
Sebaiknya minum air puti 6-8 gelas/hari. Minuman sebaiknya diberikan setelah makan, agar porsi makan dapat dihabiskan sesuai dengan takaran yang diberikan. Pemberian cairan pada penderita dengan disfagia sebaiknya hati-hati karena beresiko masuk ke saluran pernafasan. Sebaiknya cairan dikentalkan dengan gel atau guarcol.
  1. Antioksidan
Pemberian antioksidan seperto flavonoid dilaporkan memberi banyak manfaat, contohnya banyak terdapat pada teh, sayur-sayuran dan buah-buahan seperti apel, anggur.


     Tabel Bahan makanan yang boleh dan tidak boleh dimakan untuk penderita stroke

Bahan makanan yang boleh dimakan
Bahan makanan yang tidak boleh dimakan
Sumber Karbohidrat
Beras, kentang, ubi, singkong, terigu, hunkwe, sagu, roti
Sumber Karbohidrat
Produk olahan yang dibuat dengan garam dapur, soda/baking powder, kue yang manis
Sumber Protein
Sumber protei rendah lemak seperti Ikan, ayam tanpa kulit, susu skim, tempe, tahu, dankacang-kacangan

Sumber Protein
Daging sapid an ayam berlemak, jerohan, otak, hati, ikan banyak duri, susu penuh keju, es krim, dan produk olahan protein hewani yang diawetkan seperti daging asam, ham, bacon, dendeng, kornet
Sayuran
Sayuran berserat sedang dimasak, seperti bayam, kangkung, kacang panjang, labu siam, tomat, tauge, wortel

Sumber Lemak
Sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yang mudah dicerna. Makanan terutama diolah dengan cara dipanggang, dikukus, disetup, direbus, dan dibakar
Sumber Lemak
Minyak kelapa dan minyak kelapa sawit, margarin dan mentega biasa, santan kental, krim dan produk gorengan.




2 komentar:

  1. Saya pernah baca bahwa 30% penderita stroke mengalami gangguan jumlah natrium, apakah penyebabnya dan bagaimana penanganannya, terima kasih

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus